Pemugaran Gunung Padang Diperkirakan Tak Sampai 10 Tahun

Ketua Tim Eskavasi Arkeologi Universitas Indonesia Dr. Ali Akbar mengatakan saat ini sudah banyak peneliti dan dibantu teknologi canggih.

oleh Rochmanuddin diperbarui 12 Sep 2013, 13:49 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2013, 13:49 WIB
gunung-padang-2-130912b.jpg
Ketua Tim Eskavasi Arkeologi Universitas Indonesia Dr Ali Akbar mengatakan, untuk melakukan pemugaran secara keseluruhan situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, diperkirakan tak mencapai 10 tahun.

"Pemugaran waktu Borobudur aja 10 tahun pada tahun 1973. Waktu itu kondisinya belum banyak ahlinya, sekarang kan sudah banyak. Artinya bisa lebih cepat, apalagi dibantu teknologi sekarang yang lebih canggih. Bisa berkurang prosesnya," ujar Ali kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (12/9/2013).

"Awalnya Borobudur telihat pucuknya saja, karena tertutup tanah dan tanaman. Kemudian dibuka, ternyata banyak batu yang tidak tersusun rapi, akhirnya dilakukan pemugaran pada 1983, sekarang jadi rapi dan ganteng," sambungnya.

Mengingat ada 4 lapisan, lanjut Ali, proses pemugaran situs yang diperkirakan lebih besar dari Candi Borobudur ini dapat dilakukan bertahap. "Kita dari tim arkeolog sudah berhasil melakukan eskavasi 2 lapisan. Nah, kita ingin pemugaran yang lapisan pertama dulu," ujarnya.

Hal ini, kata Ali, agar masyarakat dapat melihat kemegahan situs yang diperkirakan lebih tua dari Piramida di Mesir ini. Sehingga semangat gotong-royong melakukan pemugaran ini dapat berjalan baik.

"Biar masyarakat melihat kemegahan dan keistimewaan Gunung Padang. Kalau belum dipugar orang tidak bisa melihat kemegahanya karena tertutup tanah dan semak-semak. Dulu Borobudur dibantu Unicef, sekarang saya yakin tak perlu bantuan lain, Pemerintah sudah mampu," tuturnya.

Ali memaparkan, setiap lapisan memiliki umur yang berbeda. Lapisan pertama diperkirakan berumur 500 tahun sebelum Masehi, lapisan kedua 5.900 tahun sebelum Masehi, lapisan ketiga 10.000 tahun sebelum Masehi, dan lapisan keempat 20.000 tahun sebelum Masehi.

Metode Khusus

Pendiri Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) ini menjelaskan, perkiraan masa ini diketahui setelah menggunakan metode khusus, salah satunya dengan mengebor situs seperti sumur kecil berdiameter 10 centimeter. Ternyata hasil bor di dalam bukan hanya berisi batu, ada juga tanah yang sudah digunakan manusia, yang diketahui karena kandungan karbon.

"Setelah diteliti di laboratorium ternyata sudah 10.000 tahun dan 20.000 tahun, kalau lapisan ga ada campuran tangan manusia, antara 8 meter kedalaman diperkirakan minimal 1 juta tahun," jelasnya.

Namun semua ini, kata Ali, tergantung dukungan serius Pemerintah. Jika tidak ada dukungan serius, tidak menutup kemungkinan seperti penelitian situs-situs pada umumnya. "Habis diteliti, sudah dibiarkan saja."

"Jadi tergantung Pemerintah sekarang. Kami akan laporkan yang 2 lapis, kita tunggu respons Pemerintah, karena kita masih mandiri, patungan dari temen-temen. Ke depan kami hanya minta pemugaran lapisan pertama dulu. Karena rekomendasi ada beberapa pemugaram," tandas Ali.

Saat ini, imbuh Ali, pemilik lahan dan warga sekitar mendukung rencana pemugaran ini. Meskipun beberapa waktu lalu ada sejumlah oknum yang menolak pemugaran ini. "Tapi itu bukan warga sekitar. Mereka datang tiba-tiba dan marah-marah, padahal kami sudah mendapat izin dari pemilik lahan," imbuhnya. (Rmn/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya