[VIDEO] 5 Rumah di Bantaran Waduk Pluit Ambles Kena Banjir

Ratusan makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat juga terendam air.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Feb 2014, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2014, 18:00 WIB
rumah-amblas-140206c.jpg
Lima rumah warga yang berdiri di bantaran Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis Siang (6/2/1014), ambles akibat tergerus air. Sebanyak 5 rumah warga yang berdiri di bantaran Waduk Pluit Kamis siang rusak parah setelah amblas tergerus air. Tembok dan atap rumah hancur hingga rumah tidak dapat dihuni lagi.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (6/2/2014), rumah ambruk akibat kontur tanah yang tidak stabil setelah kawasan ini terendam dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini diperparah oleh keberadaan rumah yang berdiri persis di bibir waduk. Tidak ada korban saat peristiwa ini terjadi, para penghuni rumah langsung menyelamatkan diri karena rumah mereka mulai miring.

Akibat hujan deras dan terendam air Jalan Daan Mogot dari Kawasan Cengkareng-Grogol rusak dan berlubang. Lubang pun membuat arus lalu lintas menjadi tersendat. Kendaraan roda dua pun memilih naik trotoar untuk menghindari macet dan lubang.

Para pengendara terutama sepeda motor berharap agar pemerintah segera memperbaiki jalan sebelum jatuh korban. Akibat hujan deras saat ini ada ribuan titik jalan yang berlubang akibat banjir. Pengendara terutama sepeda motor harus lebih berhati-hati dengan mengurangi kecepatan agar tidak terjadi kecelakaan.

Tak hanya melumpuhkan lalu lintas. Banjir juga melumpuhkan transaksi jual beli di beberapa pusat perbelanjaan. Imbasnya omset para pedagang pun menurun drastis.

Sepi pembeli di pusat perbelanjaan di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sejak banjir rajin bertandang ke wilayah ini omzet para pedagang turun hingga 50 persen. Seperti yang dirasakan salah satu warung bakso di Ruko Kelapa Gading. Hingga siang hari tak ada satu pun yang singgah di warungnya.

Hal serupa dirasakan toko-toko di pusat perbelanjaan WTC Mangga Dua, Jakarta Utara. Hari ini mereka baru buka setelah banjir surut. Namun hingga siang belum banyak pelanggan yang datang. Beberapa pedagang bahkan masih memilih menutup tokonya karena sepi pembeli. Imbasnya omset para pedagang pun menurun drastis.

Kerugian ekonomi akibat banjir diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Terutama di wilayah perputaran uang seperti di Mangga Dua, Kelapa Gading-Pasar Glodok.

Tahun lalu banjir juga melumpuhkan aktivitas jual beli di pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta. Para pedagang berharap Pemprov DKI Jakarta bisa segera mengatasi banjir yang datang tiap tahun di tempat mereka mencari nafkah.

Sementara ratusan makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat, hingga hari ini masih terendam banjir. Padahal air sudah menggenang lebih dari 2 minggu.

Makam-makam tersebut bukanlah makam mewah bawah air seperti yang ada di luar negeri. Namun ini makam yang terendam air setelah hujan deras mengguyur TPU Bivak.

Air menggenangi pemakaman in sejak 2 pekan lalu saat banjir melanda Ibukota Jakarta. Ratusan makam di TPU Karet Bivak ini masih terendam hingga ketinggian setengah meter. Anak-anak memanfaatkan genangan ini untuk bermain air.

Warga yang hendak memakamkan anggota keluarganya yang meninggal pun kesulitan. Jika Jakarta masih terjadi hujan deras tidak menutup kemungkinan banjir di makam ini tidak akan surut jika tidak dipompa.

Bantaran kali yang berubah menjadi pemukiman warga merupakan salah satu penyebab banjir menahun di Ibukota, Pemprov DKI pun berbenah dan berencana merelokasi pemukiman warga ke rusun.

Banjir selalu melanda kawasan pemukiman warga di Bantaran Kali Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Selatan, setiap tahun. Saat banjir mencapai puncaknya genangan air bisa menggenangi seluruh lantai 1 rumah mereka. Warga pun terpaksa harus pergi ke pengungsian.

Banyak rumah yang berada di bantaran kali ini tidak layak huni karena hanya dibangun dengan kayu dan triplek dan diisi sebagian besar dihuni pendatang dari luar kota. Sebagian mengotrak rumah ini.

Namun hal itu seakan tidak menghalangi masyarakat untuk tetap tinggal di daerah bantaran kali ini. Mereka mengaku sudah nyaman karena wilayah ini strategis. Ipah, misalnya, ia tidak ingin direlokasi kecuali rusun yang dijanjikan dan memiliki jalur transportasi yang memadai. Namun ada pula yang mengaku sudah lelah dan pasrah direlokasi ke rumah susun.

Sejauh ini tercatat 70 ribu kepala keluarga bermukim di Bantaran Kali Ciliwung Pesanggrahan dan Angke. Sehingga untuk menormalsasi kali dengan lebar 50 hingga 70 meter pengamat tata kota menilai percepatan pembangunan rumah susun harus dilakukan.

Untuk mendukung proses relokasi warga dari bantaran kali pemerintah juga harus memaksimalkan kegiatan perekonomian warga serta memberi akses strategis untuk fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit. (Dan)

Baca juga:

[VIDEO] Diterjang Banjir, 5 Rumah di Bekasi Rata dengan Tanah
[VIDEO] Banjir Bak `Sahabat` Warga Jakarta
Jalan Rusak, Kelapa Gading-Kemayoran Ditempuh 1 Jam

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya