Budaya Bali di Mata 4 Peserta Konvensi Demokrat

Debat peserta Konvensi capres Partai Demokrat digelar di Bali. Pembahasan utama tentang budaya dan pariwisata.

oleh Rochmanuddin diperbarui 18 Feb 2014, 19:37 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2014, 19:37 WIB
debat-capres-bali-150218c.jpg
Debat peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat yang digelar di Denpasar, Bali membahas tentang budaya dan pariwisata, khususnya di Bali. 4 Peserta konvensi memiliki pandangan berbeda menjaga dan melestarikan budaya dan pariwisata di Bali demi kesejahteraan rakyat Bali.

Pembahasan tentang budaya dan pariwisata Bali ini pertama kali ditanggapi oleh Anies Baswedan. Ia berpandangan, untuk melestarikan budaya di Bali, nilai-nilai spiritual di Bali harus serius dijaga, di samping menerima arus globalisasi. Melalui generasi muda, nilai-nilai itu ditanamkan menggunakan bahasa generasi muda.

"Generasi baru bukan saja di Bali, di banyak tempat adat, kita mengalami transformasi. Generasi baru lebih banyak menghabiskan waktu di depan televisi dari pada kegiatan berkaitan dengan tradisi. Kita harus menawarkan tradisi dan adat dalam bahasa yang dipahami anak muda," ujar Anies dalam debat bernegara Konvensi Demokrat, Denpasar, Bali, Selasa (18/2).

"Kita tidak mungkin dapat menolak arus global," tandas Rektor Universitas Paramadina itu.

Untuk masalah sosial, lanjut dia, rakyat harus sejahtera. Tanpa kesejahteraan, akan susah mengatasi ketimpangan. "Dan untuk mengatasi arus global kebudayaan tak lagi terpaku pada suku tertentu. Orang Jawa bisa menjadi orang Bali tanpa harus kehilangan Jawanya," ujar Anies.

Kemudian, peserta capres konvensi partai demokrat yang ke-2, yakni Pramono Edhie Wibowo, berpendapat, untuk melestarikan budaya Bali masyarakat dan pemimpin lokal harus memahami budaya sendiri dan mengenali potensi yang ada. Tanpa itu akan sulit bertahan budaya di Bali dan daerah lainnya.

"Andai engkau ingin jadi pemimpin, kenali daerah yang kau pimpin baik-baik. Kalau kau tidak kenal dengan daerah yang kau pimpin, kau salah, apa yang ada potensi di Bali? Pariwisata, pertanian, pariwisata ini mengapa demikian besar kenapa? Karena budaya Bali bukan budaya asing," tutur Edhie.

Dia pun berpesan kepada masyarakat Bali dan para calon pemimpin, agar tidak mengotori potensi wisata dan budaya Bali dengan kebijakan kapital. Dia yakin, Bali bisa terkenal karena selama ini mampu melestarikan budaya dan pariwisata Bali.

"Nanti terkotori hanya karena ingin mengembangkan potensi wisata. Banggalah jadi bangsa Bali. Jangan kau kotori dengan budaya asing. Engkau ingat mengapa kita lestari, karena kita sangat memahami budaya Bali," imbuh Edhie yang juga anggota Dewan Pembina Demokrat.

Senada dengan 2 rivalnya, Irman Gusman juga menyatakan hal yang sama. Ia melihat pariwisata Bali membuat tingkat kesejahteraan masyarakat tinggi. Ia pun berjanji akan mempertahankan hal tersebut dengan kebijakan yang pro dengan rakyat.

"Kesejahteraan masyarakat di Bali termasuk yang tertinggi, pariwisata jadi kekuatan utama, tapi tetap dalam batas budaya kearifan lokal. Kesejahteraan ekonomi harus berbasis kesejahteraan lokal dan kearifan lokal," tegas Irman yang juga Ketua DPD.

Sedangkan bagi Sinyo Hary Sarundajang, Bali tak bisa dipisahkan dengan pariwisata. Namun pariwisata tak boleh melupakan kearifan lokal dan budaya relijius di Bali.

"Keserasian antara budaya kearifan lokal dengan pulau Bali mendatangkan suatu keunggulan sendiri. Bali telah memberi sumbangan devisa kepada negara yang tinggi. Tingkat kesejahteraan masyarakat Bali perlu diangkat jempol," ucap Sinyo yang juga Gubernur Sulut.

Pada sesi pertama ini debat capres diikuti 4 peserta konvensi yakni akademisi Anies Baswedan, Ketua DPD Irman Gusman, mantan KSAD Jenderal TNI Purn Pramono Edhie Wibowo, dan Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang.

Selaku moderator kali ini yakni sosiolog UI Thamrin Amal Tamagola. Ia mengatakan, secara umum masing-masing peserta memiliki pandangan berbeda. Namun ia menekankan, untuk melestarikan budaya Bali tidaklah mudah terhadap arus globalisasi.

"Sangat sulit melawan arus global. Paling kita hanya bisa bertahan kebudayaan imateriil. Kebudayan materil sekarang hampir sudah hilang, seperti pakaian, sepatu, kacamata dan sebagainya. Bahkan di Bali ini para pemuda sedang melakukan reinterpretasi nilai-nilai spiritual terhadap budaya global. Ini ancaman," ujar Tamagola. (Dji/Sss)

Baca juga:

Adu Visi, Peserta Konvensi Capres Demokrat Didandani Adat Bali

Konvensi Demokrat Tak Terganggu Effendi Gazali Mundur

Pramono Edhie dan Ruhut Sitompul Gabung di Satgas Joko Tingkir

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya