Dear Parents, Hindari 4 Kalimat Ini Jika Ingin Anak Bisa Lebih Disiplin

Hindari 4 kalimat/frasa ini agar anak Anda bisa lebih disiplin.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2021, 10:00 WIB
4 Rahasia Utama Mempertahankan Kebahagiaan Ibu dan Anak di Tengah Pandemi
Ilustrasi kebersamaan ibu dan anak. (dok. Alexander Dummer/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta Mengajar anak untuk disiplin bisa dimulai dengan percakapan ringan bersama anak-anak. Namun, hal tersebut secara tiba-tiba bisa berubah secara drastis tanpa sebab karena tindakan salah dari anak Anda.

Terkadang perselisihan kecil bisa menjadi sebuah pertengkaran yang cukup besar. Menjadi wajar juga anak-anak cenderung untuk menutup diri karena merasa tidak mendapatkan dukungan dari beberapa pihak di rumah.

Mengajarkan anak untuk disiplin memerlukan waktu dan konsistensi agar nilai yang diajarkan bisa tertanam dan dipraktekan dengan baik setelah anak Anda besar nanti.

Menurut pakar, ternyata ditemukan beberapa kalimat yang tidak cocok untuk diucapkan orang tua meskipun hal tersebut bermaksud baik.

Tidak melulu ajaran yang dianggap baik bisa juga diterima baik oleh sang anak. Dengan begitu, terdapat 4 kalimat yang sebenarnya sering diucapkan para orangtua, tetapi tidak terlalu memiliki manfaat yang signifikan bagi kedisiplinan anak.

 

 

Kalimat 1: Jika kamu tidak bekerja keras sekarang, Anda akan menyesali selama seumur hidup”.

Inilah 3 Fase Tantrum pada Anak dan Cara Menghadapinya
Ketahui fase tantrum pada anak dan cara mengatasinya.(Unsplash.com/Jordan Rowland).

Menanamkan rasa takut bukanlah sesuatu yang efektif untuk mendorong motivasi intrinsik⎼dari dalam diri⎼anak-anak.

Faktanya, justru hal tersebut dapat merugikan anak-anak setiap kali mereka diingatkan untuk melakukan hal baik.

Mereka cenderung akan merasa lebih stres dan terkadang memilih untuk menghindar. Alasan kalimat tersebut tidak efektif adalah karena konteks yang diberikan berada di luar pemahaman anak-anak.

Anak-anak belum memiliki kemampuan berpikir visioner seperti layaknya orang dewasa. Itulah yang membuat mereka disebut sebagai anak-anak. Tanggung jawab yang dipikul masih belum bisa dipertanggungjawabkan dengan baik.

Sebagai gantinya, alternatif yang dapat Anda katakan adalah sebagai berikut.

  1. Mencoba mendorong mereka dengan berkata, “Anda belum menguasai (kegiatan A), tetapi Anda pasti bisa menjadi lebih baik dalam hal itu. Lihat saja kemajuan Anda selama ini!
  2. Mencoba membantunya melihat sisi positif, “Ya, melakukan (kegiatan A) memang sulit, tetapi jika terus berlatih, Anda bisa lebih percaya diri dan mampu menghadapi tantangan di masa mendatang”.
  3. Jangan selalu membahas tentang sekolah, “Saya tahu (kelas A) itu sulit, tetapi saya suka Anda bekerja keras di (kegiatan tertentu). Saya yakin Anda bisa mampu menghadapinya jika melakukan upaya yang sama”.

Kalimat 2: “Tugas kami (orang tua) adalah menjaga Anda tetap aman”.

Ilustrasi anak ikut terapi wicara
Ilustrasi anak ikut terapi wicara. Photo by Jeremiah Lawrence on Unsplash

Seiring berjalannya waktu, anak-anak akan semakin besar dan dewasa. Untuk menjaganya tetap aman merupakan salah satu tantangan yang baru setiap tahunnya bagi orang tua.

Menyadari bahwa kita tidak bisa bersama mereka sepanjang waktu dan memperhatikan gerakan mereka mungkin akan terdengar menyedihkan. Namun, ketika anak-anak berpikir bahwa tugas orang tua adalah menjaga anak tetap aman, mereka akan cenderung berperilaku sembrono dan merasa akan selalu ada bantuan orang tua yang hadir.

Bukan berarti Anda harus membungkam pendapat mereka. Ada saatnya Anda perlu mengatakan tidak, ada saatnya juga harus bersikap jela tentang risiko yang Anda rasa tidak nyaman untuk dipilih.

Solusi yang direkomendasikan para pakar adalah sebagai berikut.

  1. Jelaskan kekhawatiran Anda dengan tenang, “Saya tidak merasa nyaman dengan ini karena …”
  2. Biarkan mereka melakukan kesalahan. Anda dapat membiarkan anak-anak Anda untuk mempelajari apa yang sedang mereka hadapi. Kemudian, barulah Anda membahas tentang fakta dan masukan kepada mereka.
  3. Bicarakan bahaya yang dirasakan bersama, “Saya memiliki beberapa kekhawatiran tentang (A), tetapi saya juga membayangkan Anda memiliki ide yang berbeda. Dapatkah Anda memberi tahu bagaimana Anda akan menangani hal tersebut, jika (A) memburuk?”

Kalimat 3: “Saya menghukum kamu karena kamu harus belajar bahwa tindakan tersebut tidak baik”.

anak
ilustrasi ibu dan anak/Photo by Kenny Krosky on Unsplash

Memberikan hukuman mungkin membantu Anda merasa memiliki kontrol, tetapi penelitian menunjukkan itu tidak hanya menyakiti hubungan Anda dengan anak. Lalu, hal tersebut juga merupakan alat yang tidak efektif untuk mengubah perilaku.

Meskipun dapat menjadi solusi yang cepat, dampak tersebut akan membuat anak-anak semakin banyak berbohong dan menyembunyikan masalah yang mungkin perlu dibantu atau dukungan.

Jika mereka tidak ingin mendengarkan pendapat Anda, jangan dipaksa. Tujuannya adalah mengajarkan mereka sampai benar-benar mendengarkan. Jika Anda dapat mengondisikan cara Anda berkomunikasi, mereka akan mereka lebih diterima.

Contohnya, “Saya merasa kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Bisakah kita bicara nanti untuk hasil yang lebih baik di masa mendatang?”. 

Diskusikan konsekuensinya terlebih dahulu, dan pastikan Anda berdua setuju dengannya. Jadilah spesifik, strategis, dan masuk akal. 

 

 

Kalimat 4: “Anda terlalu banyak menghabiskan waktu dengan bermain ponsel”.

6 Tips Mengajarkan Body Positivity pada Anak Sejak Dini
Body positivity memengaruhi tumbuh kembang anak. Untuk itu, orangtua harus mengenalkannya sejak dini. Berikut caranya. (FOTO: Unsplash.com/bruno nascimento).

Masalah dari pernyataan ini adalah tidak menghormati keberadaan anak Anda yang memiliki perspektif yang berbeda dengan Anda.

Media sosial dan gim adalah versi dari masa lalu kita yang sangat berperan di masa muda Anda. Hanya saja bentuk dan mediumnya yang berbeda. Kita tidak mungkin menghilangkan secara langsung bagian itu.

Hal yang dapat dilakukan/dikatakan orang tua yang sukses sebagai gantinya adalah sebagai berikut.

  1. Tingkatkan pengaruh Anda dengan menunjukkan minat mereka. Tanyakan saja permainan apa yang dimainkan, acara apa yang diikuti, acara yang mereka tonton, atau buku yang dibaca.
  2. Ingatlah perebutan kekuasaan tidak memiliki pemenang jangka panjang. Itu yang akan membuat perebutan tersebut terjadi berulang.
  3. Beri alasan untuk mematikan ponsel, “Saya perhatikan bahwa Anda belum menghabiskan waktu bersama. Apakah Anda ingin pergi ke jalan ringan di taman dan membeli beberapa camilan?”

Reporter: Caroline Saskia

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya