OPINI: Pokemon Go Bakal Banyak Dicatut

Fenomena Pokemon Go ini sudah sangat menjamur di masyarakat, tidak hanya di kalangan gamer.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Jul 2016, 19:32 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2016, 19:32 WIB
Ihsan A. Wahab
Ihsan A. Wahab, Board Director of GemuGemu (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Pokemon GO merupakan gim (game) yang menggunakan teknologi augmented reality (AR) serta menggunakan peta secara real time sebagai tempat bermainnya.

Cara bermainnya pun cukup sederhana, pemain hanya perlu berjalan di dunia nyata dan secara acak Pokemon pun akan muncul di smartphone berdasarkan lokasi pemain berada.

Selain menangkap Pokemon, pemain juga dapat berkunjung ke PokeStop, sebuah Point Of Interest di mana pemain bisa mendapatkan perlengkapan hunting, seperti PokeBall yang digunakan untuk menangkap Pokemon dan Potion untuk menyembuhkan Pokemon yang terluka setelah bertarung.

Salah satu fitur lain yang menarik adalah Gym. Sebagai pemain, kita diwajibkan untuk memilih satu dari antara 3 tim yang tersedia di dalam Pokemon Go.

Ada tim Valor yang identik dengan warna merah, kemudian tim Mystic yang dikenal dengan warna biru dan tim Instinct dengan warna kuning. Setiap tim ini kemudian bertarung di Gym untuk membuktikan kekuatan Pokemonnya.

.Karena gim ini menggunakan lokasi dalam peta sungguhan, banyak pemain yang akhirnya berkunjung ke tempat-tempat wisata, atau pun sekadar berkeliling kota, tentunya sambil berburu Pokemon. 


Gathering untuk berburu Pokemon pun sudah kerap dilakukan, walaupun rilis resmi gim di wilayah Asia selain Hong Kong dan Jepang belum diumumkan oleh Niantic Lab.

Sisi Positif dan Negatif dari Pokemon Go

Tentunya banyak hal positif yang bisa kita dapatkan dari gim ini. Selain interaksi tatap muka dengan pemain lain, beberapa objek wisata dan taman-taman kota pun menjadi sasaran berkumpulnya para Pokemon Trainer, yang tentunya menjadi pemasukan lebih bagi tempat-tempat tersebut.

Fenomena Pokemon Go ini sudah sangat menjamur di masyarakat, tidak hanya di kalangan gamer, kalangan non-gamer pun menjadi penasaran atas wabah yang sedang melanda seluruh dunia ini. Bahkan dikabarkan ada pemain-pemain yang rela keluar negeri untuk mendapatkan Pokemon yang hanya bisa di peroleh di region tertentu.

Walaupun memang bukan gim pertama yang berbasis GPS, Pokemon Go berhasil mendominasi pasar. Padahal gim pendahulunya, Ingress, cukup sukses di pasaran, walaupun nyaris tidak terdengar gaungnya di Indonesia.

Pihak Nintendo, The Pokemon Company dan Niantic berhasil mengeksplorasi keunggulan Pokemon dan kemudian dipadukan dengan interaksi langsung, sehingga menimbulkan sebuah pengalaman baru bagi pemain yang selama ini hanya berinteraksi di layar saja.

Dengan mengandalkan intellectual property (IP) yang kuat, serta didukung dengan fans yang fanatik, gim ini mampu melesat dalam waktu yang singkat. Hal ini tentunya membuat banyak pengembang gim, khususnya pengembang gim lokal harus memutar otak lebih kencang untuk menyaingi pamor Pokemon Go di masa sekarang.

Di lain pihak, penerbit gim juga dapat bisa belajar dari Pokemon Go, di mana pihak Niantic Labs mampu membangun hype yang begitu besar sehingga para pemain dapat mengantisipasi serta menggaet calon-calon pemain potensial.

Sebagai gamer yang tentunya menyukai Pokemon, gim ini menjadi salah satu alternatif selain gim Pokemon yang selama ini tersedia di handheld console. Sayangnya, hype dari Pokemon ini membuat gim-gim lain seperti kalah saing.

Bakal Banyak yang Catut Pokemon Go

Akan tetapi, ada hal menarik dengan melejitnya Pokemon Go. Selain pihak Nintendo ataupun Niantic diuntungkan oleh gim tersebut, beberapa bisnis lokal pun berusaha untuk memanfaatkan demam Pokemon Go yang menjangkiti banyak pemain dan pemilik perangkat mobile.

Contohnya adalah para pelaku perusahaan transportasi berbasis online seperti Uber, Go-Jek, dan Grab, di mana mereka menawarkan jasa transportasi keliling untuk membantu menangkap Pokemon.

Tak hanya itu, perusahaan eCommerce pun mulai banyak menawarkan berbagai macam aksesoris dan pernak-pernik yang berhubungan dengan Pokemon.

Bahkan beberapa tempat perbelanjaan, juga menggunakan trik pemasaran yang sama, yaitu dengan mempromosikan bahwa di tempat mereka, pemain dapat menangkap beberapa jenis Pokemon tertentu, dan diiming-imingi dengan bonus voucher belanja apabila mendapatkan Pokemon yang dimaksud.

Hal ini tentunya cukup menarik perhatian pemain, dan juga membuka kesempatan untuk pelaku bisnis non-game untuk meraup keuntungan.

Apabila dianalisis dari keadaan sekarang, nampaknya hype ini tidak akan turun dalam waktu singkat, selain karena tren ini sedang dalam puncaknya, gim ini juga belum rilis resmi di Indonesia.

Dan jika nantinya sudah dapat diunduh secara resmi, dipastikan bahwa teknik marketing yang mencatut nama Pokemon Go akan semakin marak, karena pelaku bisnis sudah tidak segan-segan lagi dalam menggunakannya.

Pokemon Go saat ini sudah dapat dimainkan di perangkat iOS dan Android di beberapa negara tertentu. Terakhir, Pokemon Go sudah dirilis secara resmi di Jepang dan Hong Kong.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya