Liputan6.com, Jakarta - Lebih besar tidak selalu lebih baik. Dalam industri otomotif, mesin berkapasitas besar selalu sejalan dengan kinerja yang lebih kuat. Tapi kecenderungan itu makin tergerus dalam beberapa tahun terakhir.
Tren yang terjadi justru sebaliknya. Pabrikan mengembangkan mesin yang kapasitasnya semakin kecil, tetapi kinerja yang justru semakin besar. Tren ini dikenal dengan sebutan downsizing, atau secara bebas diartikan sebagai `perampingan`.
Sederhananya, sebagaimana dikutip dari laman RAC, Sabtu (30/1/2016), perampingan adalah pengurangan kapasitas kubik mesin mobil, tetapi tanpa mengorbankan daya. Cc yang lebih kecil menghasilkan Tenaga Kuda (Tk) yang setara atau lebih besar.
Baca Juga
Sementara itu, menurut laman ASME, downsizing ini membuat mesin lebih ringan. Praktis, massa kendaraan lebih ringan, dan berimplikasi pada peningkatan efisiensi bahan bakar.
"Mesin downsized dan turbocharged punya performa potensial yang sama atau bahkan lebih baik dibanding yang non-downsized, atau yang normalnya disebut aspirated engine, dengan keuntungan efisiensi bahan bakar yang signifikan," ujar Giorgio Rizzoni, Direktur Center for Automotive Research, Ohio State University.
Salah satu kendaraan yang telah mengusung downsizing adalah Ford Fiesta EcoBoost. Mobil ini mesinnya hanya berkapasitas 999 cc tiga silinder, tetapi daya maksimal yang bisa `dimuntahkan sebesar 123 Tk. Efisiensi bahan bakar diklaim lebih irit sebesar 20 persen dibanding mesin yang kapasitasnya sama.
Tak heran, mesin EcoBoost ini berhasil meraih titel Best Engine Under 1,0-litre dalam ajang International Engine of The Year Award. Tidak hanya satu kali, mesin ini telah merajainya empat tahun berturut-turut, sejak 2012 hingga 2015.
"Ford 1,0 liter Ecoboost telah menjadi salah satu contoh terbaik dari downsizing mesin," ujar Dean Slavnich, Ketua 17th International Engine of the Year awards di Stuttgard, Jerman.