Harley-Davidson Jelaskan Kenapa Agennya `Nyerah` di Indonesia

CEO Harley-Davidson mengatakan bahwa mereka bisa mencatatkan penjualan yang bagus kalau ada kerja sama dagang internasional.

oleh Rio Apinino diperbarui 23 Apr 2016, 15:21 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2016, 15:21 WIB
Jual Harley Davidson Harus Mau Rugi
Siapapun yang menjadi penerus Mabua, harus memiliki mental dan finansial yang kuat.

Liputan6.com, Wisconsin - CEO Harley-Davidson Matt Levatich mengatakan pasar Asia penting bagi perusahaan mereka. Ini dinyatakannya dalam sesi wawancara dengan FOX Business Network’s Mornings.

Meski demikian, ia mengaku tak bisa semudah itu memasuki pasar ini. Misalnya di Indonesia, di mana PT Mabua Harley-Davidson (MHD) dan PT Mabua Motor Indonesia (MMI) akhirnya berhenti beroperasi karena sejumlah alasan.

Menurut Levatich, penjualan Harley-Davidson di Asia dapat lebih baik jika ada kerja sama perdagangan internasional. Saat ini, perjanjian dagang yang bisa untungkan Harley adalah Trans-Pasific Partnership (TPP).

TPP adalah perjanjian dagang internasional yang diinisiasi negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Meksiko, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Perjanjian ini pertama kali dirancang sejak Juni 2005. Indonesia tidak termasuk di dalamnya.

Penjualan turun

"Peluang besar bagi Harley adalah tumbuh di Asia, dan banyak pekerjaan dengan TPP untuk membahas beberapa hambatan yang berada di jalan kami untuk tumbuh di regional ini," ujar Levatich, dikutip dari Foxbusiness.

Negara yang tergabung dalam TPP telah memberlakukan bebas bea masuk di antara negara anggota. Sebagai pembanding, Harley Indonesia memutuskan menghentikan bisnis salah satunya adalah karena bea masuk yang tinggi.

Harley-Davidson sepanjang tahun lalu mengekspor 270 ribu sepeda motor ke seluruh dunia. Jumlah ini turun 2 persen dibanding 2014. Sejauh ini, pertumbuhannya di luar AS telah naik sebesar 4,5 persen.

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya