Level Manufaktur Indonesia Masih Rendah, Ini Penyebabnya

Meski Indonesia adalah salah satu basis produksi sejumlah pabrikan otomotif dunia, tapi level manufakturnya masih rendah dibandingkan Eropa.

oleh Rio Apinino diperbarui 25 Agu 2016, 17:27 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2016, 17:27 WIB
20160126-Produksi-Kijang-Inova-serta-Fortuner-Jakarta-IA
Sejumlah Pekerja menyelesaikan pembuatan mobil di pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, Selasa (26/1). Untuk The All New Fortuner sendiri, kandungan lokal produk mencapai 75%. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Kawarang - Meski Indonesia adalah salah satu basis produksi sejumlah pabrikan otomotif dunia, tapi level manufakturnya masih rendah dibanding Eropa atau Amerika Serikat (AS). Di sana, industri otomotif telah sampai di level advance manufacturing.

Secara sederhana, advance manufacturing didefinisikan sebagai penggunaan teknologi terkini untuk meningkatkan kualitas produk atau proses produksi. Dalam industri otomotif, advance manfacturing mudahnya dilihat dari produk yang dihadirkan, misalnya model yang berbasis teknologi hybrid atau berbahan bakar alternatif.

Lantas mengapa hal ini bisa terjadi? Bob Azam, Direktur Administrasi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengatakan bahwa masalahnya bukan pada prinsipal yang enggan melakukan itu, melainkan belum siapnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.

"Selama ini kenapa tidak ada investasi untuk advance manufacturing, karena pusat (prinsipal) juga melihat SDM-nya. Apa SDM-nya ada? Kan tidak ada," ujar Bob kepada sejumlah juru warta saat kunjungan ke Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI) di Karawang, Jawa Barat, Kamis (25/8/2016).

Padahal menurutnya, industri padat modal seperti advance manufacturing itu sangat bermanfaat untuk memberikan nilai tambah pada produk. "Meski memang padat karya juga berguna karena bisa menyerap banyak tenaga kerja," tambahnya.

Dalam rangka meningkatkan SDM itulah Toyota mendirikan AKTI, lembaga pendidikan formal setingkat D1 yang kurikulumnya didesain sedemikian rupa agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Hari ini AKTI baru saja meluluskan 32 orang dengan nilai IPK yang memuaskan.

"Dibanding negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia kita memang agak tertinggal. Kami berharap dengan menyiapkan orang itu bisa memicu adanya investasi di bidang advance manufacturing," tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya