Liputan6.com, Jakarta - Berkembangnya airbag bukan menjadi jaminan sebagai penyelamat. Sebab, faktor yang utama dalam fitur keselamatan yaitu penggunaan seatbelt atau sabuk keselamatan.
Beberapa waktu lalu, publik digegerkan dengan kecelakaan yang dialami ketua DPR RI yang dijadikan tersangka kasus e-KTP oleh Komisi Pemberantas Korupsi, Setya Novanto. Ketua Umum Partai Golkar tersebut, menurut sang penasihat hukumnya, mengalami memar dan benjol sebesar bakpao di bagian kepala akibat kecelakaan.
Atas kecelakaan tersebut, banyak dugaan, Setnov kala itu duduk di baris kedua di mobil Toyota Fortuner, dan tidak mengenakan sabuk keselamatan.
Advertisement
Baca Juga
Alhasil, tubuhnya terpelanting dan bagian kepala diduga berbenturan dengan barang-barang yang ada di depan. Namun ada juga yang mengganjal soal kecelakaan tersebut, yaitu tidak mengembangnya airbag.
Nah, bicara soal airbag dan seatbelt, Chief Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu angka bicara. Kata Jusri, membahas di luar kasus kecelakaan Setnov, pada dasarnya pengemudi dan penumpang sangat memungkinkan mengalami cedera bahkan pingsan di dalam mobil saat kecelakaan.
Jika pun airbag mengembang, tentunya penggunaan sabuk keselamatan sangat dibutuhkan. Penggunaannya mampu menopang tubuh agar tidak terlontar atau mengalami guncangan saat terjadi kecelakaan.
“Karena berdasarkan hasil crash test, yang dilakakukan NHTSA, dan teori-teori lainnya, sebuah kendaraan yang berhenti tiba-tiba atau menabrak tiba-tiba lalu berhenti, maka orang atau penumpang yang tidak terikat dengan sabuk keselamtan akan bergerak dengan kecepatan yang sama,” ungkap Jusri kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Ketika pengendara memacu mobilnya dengan kecepatan di bawah 15 atau 20 km/jam, kata Jusri, maka penumpang di dalam akan mengalami pergerakan, khususnya jika mereka tak mengenakan sabuk keselamatan.
“Kalau tidak siap (menggunakan sabuk keselamatan) akan bergerak-gerak dan bisa menghajar dashboard, atau pilar A, pilar B jika di belakang. Atau (penumpang belakang tanpa seat belt) bisa juga (menghantam) belakang headrest yang telah dilengkapi audio visual atau ada benda keras lainnya. Itu semua bisa membuat cedera,” ujarnya.
Kata Jusri, jika mengacu dengan teori fisika, atau test crash, maka jika saja kecepatan mobil hanya dipacu 15 km/jam, seseorang atau objek yang tidak mengenakan sabuk keselamatan akan berbenturan dengan objek yang di depan hingga berhenti, maka penumpang tersebut sama saja seperti terjun bebas secara vertikal dari ketinggian 3-4 meter.
“Jadi secara logis, itu bisa buat cedera,” Jusri. Bahkan justru keberadaan airbag jadi membahayakan.
Airbag Bisa Jadi Boomerang
Mengembangnya airbag bahkan bisa berakibat fatal, jika fitur seatbelt tidak dipasang baik oleh pengemudi dan penumpang. Sebab, berfungsi sabuk keselamatan dapat menghantam tubuh.
Karena itu, mobil-mobil kekinian kerap mendapatkan Seatbelt Warning, di mana pengemudi dan penumpang akan diingatkan dengan bunyi beep, jika belum menggunakan sabuk keselamatan. Bahkan hal itu pun juga diungkapkan konsultan Jakarta Defensive Diving Consulting (JDDC), Boy Falatehansyah Pulubuhu. Kata dia, penggunaan airbag akan lebih berguna sebagai komponen keselamatan apabila tetap menggunakan sabuk keselamatan.
“Apabila penumpang mengalami kecelakaan dan tidak menggunakan sabuk keselamatan, maka kantong udara dapat menyebabkan cedera serius bagi penumpang tersebut,” ungkap Boy saat berbincang dengan Liputan6.com.
Beberapa mobil saat ini memang telah dilengkapi control steering. Karena itu, ada baiknya dilakukan pengukuran steer atau roda kemudi, termasuk melakukan pull and push.
Tentunya, hal itu bisa bermanfaat apabila kantong udara meledak, tangan tidak menghalangi ledakan tersebut dan juga tidak mencederai.
Boy menjelaskan, tipikal airbag akan terbuka pada 0,03-0,05 detik dengan kecepatan meledaknya sampai 100-300 km/jam.
Kantung udara, kata Boy, akan hidup apabila kendaraan mengalami benturan pada kecepatan minimal di 20 km/jam ke atas.
Advertisement
Peluang Selamat
Berdasarkan perhitungan, pada saat terjadi kecelakaan, penumpang yang menggunakan sabuk keselamatan dan kantong udara mempunyai peluang selamat atau terhindar dari cedera serius sebesar 50 persen.
Boy menyatakan, apabila kendaraan yang tidak dilengkapi dengan kantong udara dan hanya menggunakan sabuk keselamtan maka peluang selamat tersebut 45 persen.
Apabila penumpang tidak menggunakan sabuk keselamatan dan hanya mengandalkan kantong udara peluang selamat bisa menjadi minus tujuh persen sampai 13 persen saja.
“Untuk minus tujuh persen, dengan arti apabila tidak menggunakan sabuk keselamatan maka bisa malah tambah cedera,” ungkapnya.