Jalan Berlubang Bisa Picu Airbag Mengembang, Benarkah?

Uji coba juga dilakukan di sebuah jalan berlubang di kawasan Chicago, Amerika Serikat. Jalanan ini pun dikenal sangat tak ramah untuk mobil.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 05 Jan 2018, 02:30 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2018, 02:30 WIB
Uji Coba Airbag jalanan berlubang
Uji Coba Airbag jalanan berlubang.(Werped Perception)

Liputan6.com, Chicago - Jalanan berlubang memang membuat para pengendara kendaraan bermotor merasa tidak nyaman. Selain itu, sejumlah komponen juga akan mengalami masalah terlebih pada bagian kaki-kaki dan suspensi.

Namun ternyata, jalanan berlubang juga bisa membuat kantung udara atau airbag mengembang.

Setidaknya, mengembangnya airbag dilakukan sebuah pengujian oleh Werped Perception dengan merekamnya menggunakan video.

Untuk melakukan pengujian ini, mereka mengendarai sebuah sedan Mercedes-Benz E-Class W211. Uji coba juga dilakukan di sebuah jalan berlubang di kawasan Chicago, Amerika Serikat. Jalanan ini pun dikenal sangat tak ramah untuk mobil.

Dari video tersebut terlihat dia mengemudikan sebuah mobil dengan kecepatan berbeda-beda. Menurutnya, mengemudi dengan kecepatan tinggi sebenarnya dapat membuat dampak kurang terasa. Asalkan, lubangnya tidak terlalu besar.

Saksikan videonya di bawah ini:

 

Penyebab Airbag Mengembang

Namun pada tes berikutnya, saat dilakukan pengujian dengan kecepatan sekitar 60 km/jam, benar saja airbag mengembang. Hanya saja, airbag ini mengembang pada bagian kiri atau curtain airbag.

Diketahui, penyebab airbag tersebut mengembang lantaran, pada bagian sendi pada bagian kaki-kaki roda sebelah kiri depan terangkat, dan sepertinya menyentuh sasis.

Menurut dia, mengembangnya kantung udara tak lain karena sensor aktif saat terkena benturan. Hanya saja, sebuah fakta menunjukkan, bahwa kantong udara yang mengembang bukan dari depan pengemudi, melainkan samping penumpang.

Ini Bahaya Isi Angin Ban Berlebihan

Isi Ban Angin Mobil
Isi Ban Angin Mobil (iStockphoto)

Tidak dapat dipungkiri, ban merupakan komponen terpenting pada kendaraan beroda empat maupun dua. Pasalnya, ban merupakan satu-satunya penghubung antara kendaraan dan aspal. Setiap ban memiliki spesifikasinya masing-masing. Setiap ban diisi angin sesuai dengan spesifikasi kendaraan dan ukuran rodanya.

Setiap pengisian angin ban sebaiknya menggunakan alat ukur untuk mengetahui tekanan angin di dalamnya. Jika hanya mengandalkan "feeling" maupun hanya menekan-nekan dinding ban, salah satu risiko yang mungkin terjadi adalah tekanan angin berlebihan.

Zulpata Zaenal, Proving Ground Manager PT Bridgestone Tire Indonesia, mengatakan," Kalau ban diisi lebih tinggi dari tekanan angin yang direkomendasikan pabrikan, misalkan 5-10 psi lebih banyak, ban akan terasa lebih keras bantingannya, karena dinding ban samping jadi kaku."

Efek negatif lainnya adalah pengendalian cenderung liar, performa pengereman menurun di lintasan basah & kering, dan keausan ban terjadi di telapak bagian tengah.

Meskipun demikian, ada juga sisi positif dari tekanan angin yang berlebihan. "Stabilitas di jalan kering sedikit lebih baik, tapi keburukan lebih banyak," ungkap Zulpata melalui pesan singkat.

Mengenai risiko lainnya, Zulpata mengatakan risiko ban meledak hampir tidak mungkin terjadi jika kelebihan tekanan angin hanya 5-10 psi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya