Liputan6.com, Jakarta - Produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, Neta Auto, berhasil memperoleh fasilitas kredit senilai 10 miliar baht atau sekitar Rp3,4 triliun. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menyelamatkan perusahaan dari krisis utang yang semakin besar, dan telah menyebabkan hampir terhentinya operasi domestik Negeri Gajah Putih.
Disitat cari Carnewschina, situasi di kantor pusat Neta di Shanghai mencerminkan kondisi perusahaan yang memprihatinkan.
Baca Juga
Laporan dari media Tiongkok, Sina, mengungkapkan bahwa kantor tersebut tampak hampir kosong selama jam kerja, dengan sedikit karyawan yang hadir dan tidak aktif. Seorang karyawan yang enggan disebutkan namanya menyatakan, banyak pemasok datang menuntut pembayaran dalam beberapa minggu terakhir.
Advertisement
"Perusahaan saat ini tengah bernegosiasi dengan para pemasok, banyak di antaranya telah menunggu pembayaran selama berbulan-bulan hingga dua tahun," terang sang karyawan tersebut.
Fasilitas kredit dari Thailand ini menjadi suntikan dana penting bagi Neta yang tengah dililit utang. Para analis industri memperkirakan total kewajiban perusahaan mendekati 10 miliar yuan atau sekitar Rp22 triliun, yang menyulitkan jenama China ini untuk mendapatkan investasi baru.
Awal 2025, perusahaan induk Neta, Hozon New Energy Automobile mengumumkan rencana pendanaan Seri E sebesar 4 hingga 4,5 miliar yuan, namun dana tersebut belum terealisasi.
Operasi domestik Neta di Tiongkok dilaporkan hampir terhenti, dengan tiga pabrik utama dikabarkan telah ditutup. Selain itu, beberapa toko penjualan langsung di berbagai kota, termasuk Nanjing, Shanghai, dan Sichuan, juga telah tutup.
Strategi Neta
Dalam prospektus Bursa Efek Hong Kong, Neta mengungkapkan akumulasi kerugian sekitar 18,373 miliar yuan atau sekitar Rp 47 triliun antara 2021 hingga 2023.
Perolehan kredit dari Thailand ini sejalan dengan rencana reformasi yang diumumkan oleh pendiri dan ketua Neta, Fang Yunzhou, akhir tahun lalu. Fang menekankan fokus pada pasar luar negeri, dan produk dengan margin keuntungan positif, dengan target mencapai margin kotor positif pada 2025 dan profitabilitas keseluruhan pada 2026.
Dengan langkah strategis ini, Neta berharap dapat mengatasi tantangan finansial yang dihadapi dan memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik global.
Namun, masih menjadi pertanyaan apakah upaya ini cukup untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan atau hanya menunda kehancuran yang tampaknya tak terelakkan.
Advertisement
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
