Beda dari yang Lain, Cewek Manis Ini Kepincut Vespa Lawas

Vespa klasik memiliki daya pikat yang cukup kuat. Tidak hanya bagi kaum berumur, generasi milenial juga banyak yang kepincut oleh skuter semok asal Italia tersebut. Salah satunya adalah gadis muda bernama Mia Rizkiana.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2019, 08:03 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2019, 08:03 WIB
Vespa
Bukan cuma suka, gadis yang tinggal di Tanjung Priok ini benar-benar pakai Vespa klasiknya setiap hari. (Otosia)

Liputan6.com, Jakarta - Vespa klasik memiliki daya pikat yang cukup kuat. Tidak hanya bagi kaum berumur, generasi milenial juga banyak yang kepincut oleh skuter semok asal Italia tersebut. Salah satunya adalah gadis muda bernama Mia Rizkiana.

Bukan cuma suka, gadis yang tinggal di Tanjung Priok ini benar-benar pakai Vespa klasiknya setiap hari. Dia bahkan sudah suka Vespa klasik sejak SMP.

"Pertama kali suka Vespa dari tahun 2011 waktu masih zaman SMP itu kira-kira kelas I. Mulai suka Vespa, akhirnya pertama beli PS Strada tahun 1996," kata Mia.

Perempuan keturunan Ambon-Jawa ini sempat gonta-ganti Vespa. Vespa pertamanya itu kemudian dijual atau istilahnya "pindah majikan". Vespa yang dipakainya kini pun dibeli pada Agustus 2018 lalu.

"Dulu saya angkat Excell tahun 1996, sampai sekarang saya pakai. Belinya sama kawan juga di Kemayoran, namanya Bengkel Amin. Akhirnya punya klub Vespa namanya Skuter Independen Priok (SIP) di Warakas sudah berjalan 3 tahun," ujarnya melengkapi kedekatannya dengan tunggangan asal Italia ini.

Mia dulu suka Vespa karena Om-nya. Tunggangan tipe Super tersebut nekat dia pinjam sampai akhirnya menabrak tembok hingga koplingnya patah.

"Dari situ malah makin penasaran. Ah coba beli Vespa. Dulu kumpulkan uang. Jadi kalau dikasih orang tua ditabung. Sampai sekarang pakai Vespa juga buat sehari-hari," kata Mia yang lalu cerita kalau Om-nya dulu cuma bilang enggak apa-apa setelah Vespanya menabrak tembok.

Naik Vespa klasik pun cuma banyak suka tetapi juga dukanya. Di sini uniknya Mia. Perempuan yang kini sudah bekerja di salah satu wahana wisata di Ancol tersebut menghadapi juga problem-problem khas pemakai Vespa klasik.

"Dukanya itu kalau ban bocor terutama yang di belakang. Itu susah banget bukanya. Apalagi kalau kunci-kuncinya tidak lengkap. Alternatif pertama ya telepon teman. Lumayan sih teman cepat datang. Pernah sekali dan itu posisinya pas jam 11 malam juga," kata dia.

Momen-momen seperti ini juga yang menarik buat dia. Soalnya, pemakai Vespa pun kenal tidak kenal kerap saling bantu.

"Kalau orang tahu lihat Vespa mogok biasanya otomatis mereka berhenti. Kalau yang enggak ngerti ya mereka jalan saja. Jadinya persaudaraan di Vespa kuat. Enggak kenal tetap berhenti," ujarnya.

Mia bukannya tidak suka dengan Vespa modern. Namun baginya yang klasik justru enak dan membuatnya makin suka.

"Kalau yang sekarang ya kayak matik sih ya. Cuma beda harga sama gengsinya," kata dia secara bercerita kalau urusan bongkar ganti busi sudah jadi makanan sehari-hari. Begitu juga ganti tali kopling.

 

Selanjutnya

Vespa
Bukan cuma suka, gadis yang tinggal di Tanjung Priok ini benar-benar pakai Vespa klasiknya setiap hari. (Otosia)

Mia berujar kalau dia ingin Vespanya saat ini punya warna agak doff. Tapi untuk tambahan aksesori, dia mengaku enggan karena malah terlalu ramai dan kesan klasiknya menjadi hilang.

"Kepuasan buat sendiri saja. Lebih nyaman. Kan kalau berkendara yang pertama nyaman dulu," ujarnya lalu bilang kalau dia pernah naik Vespa ke Tanjung Lesung (melewati Anyer).

Orang tuanya sempat melarang anaknya ini hobi di Vespa. Bahkan, larangannya sempat keras meski Mia rupanya cukup mahir merayu.

"Dulu sempat dilarang sama Mamah dibilang coba kalau berani beli biar dibakar. Akhirnya ya segala cara sambil merayu juga. Sampai sekarang akhirnya kata nyokap ya udah enggak apa-apa. Waktu itu beli terus coba-coba jemput Mamah waktu dia pulang kerja. Saat itu masih naik Vespa Strada. Awalnya enggak mau, tapi ke sini-sini akhirnya mau juga," ujarnya.

Asal tahu saja. Vespa-nya yang sekarang Excel 150 tahun 1996 punya nama panggilan. Mia menyebutnya "Pace".

"Namanya Pace. Karena orang tua, Mamah dari Ambon, Maluku Utara. Pace itu sebutan buat laki-laki di sana," kata dia.

Pengalaman paling manis sama Pace bagi Mia adalah punya teman banyak, terutama tentu saja laki-laki, mengingat Vespa umumnya jadi hobi kaum Adam. Ini tidak terlepas dari kebiasaannya sejak kecil.

"Kalau dari saya pribadi memang susah dekat sama perempuan dari dulu tomboi. Jadi kalau dekat sama laki-laki gampang. Kita sepemikiran," ujar dara yang mengaku bermimpi bisa naik Vespa sampai Bali atau bahkan terbang ke Italia ini.

Sumber: Otosia.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya