Perbedaan Makna Klakson di Indonesia dengan di Jepang

" Kalau di Jepang, orang jarang membunyikan klakson. Mungkin hanya lima kali dalam setahun. Tapi di sini bisa 10 kali dalam satu kali macet. Tapi wajar saja, Jakarta adalah kota yang sibuk, sama seperti di Manila dan Bangkok," sambungnya.

oleh Amal Abdurachman diperbarui 27 Apr 2019, 18:05 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2019, 18:05 WIB
Klakson PIAA di IIMS 2019
Klakson PIAA di IIMS 2019 (Amal/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PIAA Corporation meluncurkan varian klakson terbaru mereka, yaitu Oto Style Horn di ajang Indonesia International Motor Show 2019. Bagi PIAA, Indonesia merupakan pasar yang penting. Selain itu, makna klakson di Indonesia berbeda dengan makna klakson di negara asal PIAA, yaitu Jepang.

Masashi Otsuka selaku perwakilan dari PIAA Corporation mengatakan," Ya, saya merasakan orang Indonesia senang membunyikan klakson. Tapi bukan berarti itu hal yang buruk, melainkan untuk defence dan memberikan kode ke pengendara lain saya berada di sini. Bukan meminta pengendara lain untuk minggir, dan bukan untuk menyerang."

"Kalau di Jepang, orang jarang membunyikan klakson. Mungkin hanya lima kali dalam setahun. Tapi di sini bisa 10 kali dalam satu kali macet. Tapi wajar saja, Jakarta adalah kota yang sibuk, sama seperti di Manila dan Bangkok," sambungnya.

Menurutnya, membunyikan klakson di Jepang sama seperti mencari masalah. Orang-orang di sana tidak suka klakson yang berisik dan merasa tersinggung jika mendengarkan klakson.

 

 

Ini Alasan Orang Ganti Klakson

 Klakson merupakan fitur standar pada sebuah kendaraan bermotor. Fitur ini berfungsi sebagai pemberi isyarat ke pengguna jalan lainnya.

Bagi sebagian orang, performa klakson bawaan pabrik kurang memuaskan. Alhasil mereka menggantinya dengan produk aftermarket yang banyak beredar di pasaran.

 

 
 

 

Vincent Lo, General Manager PT Sumber Berkat selaku distributor klakson Hella di Indonesia mengatakan, setidaknya ada dua alasan umum mengapa pengguna mobil atau motor mengganti klakson.

"Kebanyakan orang ganti klakson itu karena memang sudah rusak atau tidak puas karena kurang kencang suaranya," paparnya saat ditemui di Jakarta, Senin (23/1) kemarin.

 

Selanjutnya

Seperti diketahui, klakson seperti tidak bisa terlepas dari pengguna kendaraan motor di Tanah Air. Saat berada di jalanan macet misalnya, suara klakson pasti terdengar sahut-sahutan. Belum lagi virus "Om Telolet Om" yang belum lama ini menjangkiti masyarakat Indonesia. Fitur ini seakan-akan menjadi sebuah kebutuhan.

"Coba kalau Anda naik mobil tanpa klakson gimana? Ibaratnya seperti makan sayur kurang garam. Kita perlu memberitahu orang lain agar tidak nabrak," tutur Vincent.

Menurutnya, kebanyakan orang mengganti klakson standar model disk (piringan) ke model keong yang dikenal memiliki suara lebih keras. "Trennya sekarang seperti itu," katanya.

Di pasaran klakson keong Hella hadir dalam beberapa tipe dengan volume dan suara yang berbeda-beda. Banderolnya pun beragam antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya