Liputan6.com, Jakarta - Tengah mengalami masa sulit, pabrikan mobil asal Jepang, Nissan mengumumkan penurunan laba pada kuartal II 2019 hingga 99 persen dibanding kuartal sebelumnya. Dilaporkan pula, pendapatan perusahaan turun 13 persen dibanding tahun lalu.
Oleh sebab itu, Nissan rencananya akan memangkas 12.500 karyawan yang tersebar di seluruh dunia. Jumlah tersebut lebih besar dua kali lipat dibanding rencana Mei lalu.
Advertisement
Baca Juga
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Nissan Motor Indonesia (NMI), Isao Sekiguchi membenarkan keterangan CEO Nissan, Hiroto Saikawa saat press conference minggu lalu.
“Sebagai bagian dari upaya kami untuk memperbaiki operasi dan efisiensi investasi, kami mengambil tindakan untuk menghentikan atau mengurangi kapasitas di lini produksi di 8 lokasi. Dari FY20-FY21 kami akan menghentikan atau mengurangi kapasitas, di lini atau pabrik di 6 lokasi. Total pengurangan jumlah karyawan akan menjadi sekitar 12.500 orang," katanya kepada Liputan6.com.
Saat disinggung dampak program pengurangan pekerja tahap pertama di Indonesia mencapai 830 karyawan, Isao Sekiguchi enggan berkomentar lebih jauh.
"Tidak ada detail spesifik yang dapat dibagikan saat ini," ujarnya singkat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tunda Produksi di Indonesia
Nissan akan menghentikan sementara rencana produksi di Indonesia dan Spanyol. Bahkan tahun ini perusahaan menghentikan produksi 2 mobil mewah di Britania Raya.
Seperti pabrikan mobil lainnya, Nissan juga mengalami banyak tantangan. Ekonomi global melukai nilai penjualan dan perang dagang Amerika Serikat dengan China menjadi resiko terbesar. Kemudian, adanya standar emisi baru yang membuat perusahaan harus beradaptasi demi kepentingan lingkungan.
Nissan telah kehilangan pasar di Amerika dan Eropa. Penjualan kuartal pertama di Amerika turun 0,2 persen dari 8,1 persen menjadi 7,9 persen. Di Eropa, termasuk Rusia, angka penjualan turun lebih dari 16 persen dibanding kuartal yang sama di tahun lalu.
Ditambah, tahun lalu terjadi skandal yang menimpa mantan CEO, Charlos Ghosn di Tokyo dan proses hukumnya belum selesai hingga sekarang. Meski Nissan membantah tuduhan itu, tetap saja sentimen yang didapat negatif dan membuat ketegangan besar pada aliansi Nissan, Renault, dan Mitsubishi Motors.
Advertisement