Industri Kecil dan Menengah Otomotif Rugi Rp2 Miliar Efek Honda dan Yamaha Setop Produksi

Sebagai contoh, apabila Honda dan Yamaha berhenti produksi, potensi kerugian sekitar Rp2 miliar untuk IKM anggota Asosiasi Pengusaha Engineering Karawang (APEK)

oleh Arief Aszhari diperbarui 06 Apr 2020, 09:09 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2020, 09:09 WIB
IKM
Pekerja pabrik membuat komponen otomotif. (ist)

Liputan6.com, Jakarta - Dampak dari wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia sudah mulai dirasakan oleh industri kecil dan menengah (IKM) komponen otomotif. Bahkan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendampingi dan mendukung keberlangsungan keberadaan industri tersebut di Tanah Air.

Dijelaskan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih, pihaknya sudah membuat matriks apa saja yang dibutuhkan oleh setiap pelaku IKM di Indonesia. Dari data yang dihimpun, IKM komponen dan suku cadang otomotif pendukung masih tetap berproduksi, meskipun sebagian besar mengalami penurunan permintaan dari vendor, Agen Pemegang Merek (APM), hingga pelanggan.

"Sebagai contoh, apabila Honda dan Yamaha berhenti produksi, potensi kerugian sekitar Rp2 miliar untuk IKM anggota Asosiasi Pengusaha Engineering Karawang (APEK),” papar Gati dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Minggu (5/4/2020).

Salah satu IKM yang bersiap mengantisipasi dampak dari penyebaran Covid-19, yakni PT Gading Toolsindo, yang memprediksi jika terjadi lockdown selama dua pekan, usahanya akan mengalami kerugian sekitar Rp570 juta. Sedangkan, jika lockdown terjadi selama satu bulan, kerugian yang dialami bisa mencapai Rp1,3 miliar dengan beban bunga kredit Rp480 juta.

Sementara itu, data juga menunjukkan bahwa untuk akses distribusi dan pengiriman masih bisa berjalan sepanjang jalur tol nasional (Jakarta-Cikampek dan Pantura) masih tetap dapat dilalui. Adapun beberapa kendala yang dihadapi IKM komponen dan suku cadang, di antaranya adalah harga bahan baku yang lebih mahal, karena pengaruh kurs dolar.

Kemudian, langkanya ketersediaan masker dan penyanitasi tangan, serta mahalnya termometer infra merah dan peralatan semprot disinfektan, mengingat peralatan tersebut dibutuhkan untuk menjalankan protokol kesehatan saat melakukan kegiatan produksi untuk mencegah penyebaran COVID-19.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

WFH

Terkait imbauan pemerintah tentang bekerja dari rumah atau work form home (WFH), pada karyawan nonproduksi sebagian belum dapat melaksanakannya, karena keterbatasan fasilitas seperti tidak tersedianya komputer jinjing atau laptop di rumah.

"Namun, telah dilakukan beberapa upaya dalam rangka mendukung physical distancing. Kemudian, untuk penundaan pembayaran kredit/pinjaman dan subsidi gaji karyawan akan kami usulkan," tukas Gati.

Gati menambahkan, beberapa IKM Komponen otomotif yang tergabung dalam Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia telah memiliki jaringan pemasok dari luar negeri, seperti PT Eran Tekniktama yang memiliki jaringan pemasok mesin pembuat masker dari China.

IKM tersebut berharap dapat mengantongi izin impor mesin dari China untuk proses produksi membuat masker, untuk kemudian hasilnya didonasikan untuk masyarakat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya