Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan signifikan pada awal perdagangan sesi pertama, Senin (24/3), dengan penurunan lebih dari 4 persen. Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pergerakan IHSG sebagai bagian dari dinamika pasar.
“Ya kita lihat saja, perkembangan namanya market ada daily,” ujar Airlangga kepada awak media di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (24/3). Namun, ia tidak memberikan jawaban terkait anggapan bahwa pelemahan IHSG disebabkan oleh pengumuman struktur kepengurusan Danantara yang dirilis hari ini.
Baca Juga
IHSG Terjun Bebas, Sentuh Level 5.967
Pada awal pekan ini, IHSG dibuka di zona merah dan mengalami koreksi tajam hingga menyentuh level terendah 5.967. Mengutip data RTI per pukul 11.13 WIB, IHSG berada di posisi 6.100, setelah sebelumnya sempat mencapai level tertinggi 6.269. Sementara itu, Indeks LQ45 juga mengalami penurunan sebesar 3 persen ke level 670.
Advertisement
Tekanan terhadap IHSG semakin besar akibat aksi jual pada saham-saham unggulan yang memiliki bobot besar dalam indeks, seperti:
- BREN: -9%
- BBCA: -2%
- DCII: -7%
- TPIA: -8%
Pelemahan saham-saham tersebut memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan IHSG secara keseluruhan.
Faktor Penyebab Pelemahan IHSG
Para analis menilai bahwa penurunan IHSG dipicu oleh kombinasi faktor domestik dan global. Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, menyebutkan bahwa mendekati libur Lebaran, banyak investor melakukan aksi ambil untung (profit-taking), yang menyebabkan berkurangnya likuiditas di pasar.
Selain itu, meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi turut memperburuk sentimen pasar.
Pasar saham sering dianggap sebagai indikator kepercayaan terhadap ekonomi suatu negara, sehingga pelemahan IHSG mencerminkan meningkatnya pesimisme investor.
Advertisement
Ekonomi Makro Kurang Kondusif
Hendra juga menyoroti kondisi ekonomi makro yang kurang kondusif sebagai faktor tambahan yang membebani IHSG. Penurunan daya beli masyarakat dan meningkatnya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi sinyal negatif bagi pasar modal.
“Selain itu, ketidakpastian global mendorong potensi arus modal keluar dari pasar negara berkembang, yang semakin menekan IHSG,” tambah Hendra.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
