Waspadalah, Terjebak Kemacetan Ternyata Bisa Picu Penyakit Kanker

Peneliti senior dari Universitas Surrey, Inggris, Dr Prashant Kumar, mengatakan bahwa kondisi jalanan macet secara ilmiah dapat meningkatkan potensi sakit orang-orang yang terjebak di dalamnya

oleh Arief Aszhari diperbarui 23 Mei 2020, 19:08 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2020, 19:08 WIB
FOTO: PSBB di Jakarta, Sebagian Ruas Jalan Tetap Macet
Pengendara terjebak kepadatan arus lalu lintas di Jalan Ciledug Raya, Jakarta, Jumat (15/5/2020). Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi DKI Jakarta mencatat ada 1.100 perusahaan atau kantor di Jakarta melanggar aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Macet masih menjadi pekerjaan rumah (PR) di beberapa kota besar di dunia termasuk Jakarta. Pemerintah sendiri telah menempuh berbagai usaha untuk menghilangkan atau setidaiknya mengurangi masalah tersebut, seperti dengan kebijakan ganjil-genap atau memperbaiki sistem transportasi massal.

Permasalah macet ini, memang wajib dilakukan. Pasalnya, menurut peneliti senior dari Universitas Surrey, Inggris, Dr Prashant Kumar, mengatakan bahwa kondisi jalanan macet secara ilmiah dapat meningkatkan potensi sakit orang-orang yang terjebak di dalamnya. Hal tersebut, berkaitan dengan kadar polutan yang ada saat kepadatan lalu lintas terjadi.

Ketika macet, emisi yang keluar dari semua kendaraan terakumulasi hanya di satu titik. Emisi ini membutuhkan lebih banyak

Kumar, yang memimpin riset tentang polusi pada 2015, menemukan bahwa pengemudi (dan tentu saja penumpangnya) yang terjebak di kemacetan terkena partikel berbahaya 29 kali lebih banyak daripada yang mengemudi dalam arus lalu lintas yang lancar.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengklasifikasikan polusi udara luar ruangan semacam ini sebagai karsinogenik, atau zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada manusia.

Cara menghindari polutan

Dengan efek yang cukup berbahaya, ada cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi hal tersebut dengan tidak "menarik" polutan dari luar ruangan ke dalam mobil. Caranya adalah dengan menutup jendela dan mematikan kipas. Memang, cara ini tidak berlaku bagi mereka yang mengendarai sepeda motor.

"Salah satu cara terbaik untuk membatasi pemaparan udara kotor adalah dengan menutup jendela, mematikan kipas, dan memperlebar jarak antara Anda dan mobil yang ada di depan ketika macet atau saat menunggu lampu merah," ujar Kumar, dikutip dari laman resmi Universitas Surrey, surrey.ac.uk.

Kalau kipas atau pengatur suhu perlu menyala, sambung Kumar, pengaturan terbaik adalah dengan menyirkulasikan kembali udara di dalam mobil tanpa menarik udara dari luar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya