Liputan6.com, Jakarta - Produksi Chevrolet Bolt dihentikan karena ditemukan masalah pada bagian baterai yang berpotensi menyebabkan mobil terbakar. Penghentian produski mobil listrik itu kini diperpanjang hingga 2022.
Langkah ini sebagai antisipasi untuk tidak ada unit yang cacat produksi akibat kerusakan pada komponen baterainya. Penarikan kembali Chevrolet Bolt yang sudah diproduksi juga dilakukan dan General Motors dikabarkan mengalami kerugian hingga USD 2 miliar atau setara dengan Rp 2 triliun.
Baca Juga
Kerugian yang dialami tersebut nantinya akan ditanggung produsen baterai LG Chem sebagai pemasok utama. Meski harus menanggung kerugian yang begitu besar, namun hal tersebut memang harus dilakukan guna memperbaiki reputasi brand baik Chevrolet ataupun LG Chem.
Advertisement
Akibatnya, penutupan pusat produksi tersebut yang semula dilakukan pada Agustus 2021, akan diperpanjang hingga 2022. Dalam periode rentang waktu tersebut, GM dan LG Chem akan melakukan penggantian baterai yang rusak dan cacat produksi.
"GM telah memberi tahu karyawan di Orion Assembly bahwa pabrik akan berhenti beroperasi selama sisa tahun kalender 2021. Keputuasn ini akan memungkinkan kami untuk terus memprioritaskan penarikan. Kami akan terus memberi tahu karyawan pada waktu yang tepat tentang penyesuaian jadwal produksi tambahan pada awal 2022," jelas Juru Bicara GM, seperti dilansir carbuzz.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Baterai Juga Diberikan Garansi dari Pabrik
Setiap paket baterai pengganti juga turut dilengkapi dengan garansi oleh Chevrolet dan LG Chem. Berdasarkan informasinya, mereka memberikan garansi selama delapan tahun atau 170.000 kilometer.
Sedangkan bagi konsumen yang belum melakukan penggantian baterai, Chevrolet, menyarankan untuk memarkirkan kendaraan mereka di luar dan jangan melakukan pengisian baterai di bawah atau di atas jumlah yang sudah ditentukan.
Advertisement