Liputan6.com, Jakarta - Krisis chip semikonduktor yang menimpa industri otomotif secara global, ternyata berdampak cukup besar bagi Inggris. Pasalnya, karena masalah tersebut, produksi mobil di Negeri Ratu Elizabeth ini turun ke level terendah sejak 1956.
Dilansir Reuters, Masyarakat Produsen dan Pedagang Motor (SMMT) mengungkapkan, produksi kendaraan turun 6,7 persen dibanding 2020, menjadi 859.575 unit. Jumlah ini, menurun 34 persen dibanding sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
"Secara keseluruhan, ini adalah tahun yang sangat menyedihkan. Dampak semikonduktor benar-benar menghantam rumah pada kuartal terakhir tahun lalu," ujar Kepala Eksekutif SMMT Mike Hawes.
Advertisement
Sementara itu, SMMT mengatakan, krisis chip semikonduktor akan mulai berkurang pada 2022. Dengan begitu, mengutip prediksi produksi independen bahwa produksi mobil Inggris akan meningkat 19,7 persen menjadi di atas 1 juta unit kendaraan.
Krisis chip semikonduktor ini memang membuat berbagai pabrikan di seluruh dunia memangkas produksi kendaraannya, hingga menaikkan harga jual. Padahal, demand atau permintaan di pasar, sudah mulai meningkat dan lebih baik dibanding saat awal pandemi Covid-19 pada 2020.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Produksi Mobil Listrik
Penurunan keseluruhan produksi mobil Inggris juga sebagian disebabkan oleh penutupan pabrik kendaraan Honda di Swindon yang telah lama direncanakan.
Namun, kabar baik juga hadir, terkait produksi kendaraan listrik yang meningkat sebanyak 72 persen pada 2021.
Jumlah tersebut, disumbang oleh peningkatan produksi mobil listrik baterai hingga 11,6 persen pada 2021, dan bahkan jumlahnya lebih besar dari total kumulatif produksi 2016 hingga 2020.
Â
Advertisement