Pertalite dan Solar Bakal Dibatasi, Gaikindo: Target Penurunan Emisi Bisa Tercapai

Pemerintah saat ini tengah menggodok aturan pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar

oleh Arief Aszhari diperbarui 02 Jun 2022, 23:10 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2022, 23:10 WIB
Premium dan Pertalite Bakal Dihapus Mulai 2022
Petugas melayani pengisian BBM kendaraan konsumen di SPBU kawasan Jakarta, Senin (27/12/2021). Pemerintah berencana untuk menghapus Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite dari peredaran secara bertahap dalam rangka peralihan penggunaan energi bersih. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini tengah menggodok aturan pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar. Rencananya, pembelian bahan bakar dengan kadar oktan (RON) 90 akan dibatasi sesuai dengan kriteria konsumen yang berhak.

Menurt Sekertaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukih Kumara, pembatasan pembelian Pertalite dan Solar saat ini masih wacana. Bila pembatasan tersebut sudah jelas, asosiasi kendaraan di Tanah Air selama akan mengikuti peraturan pemerintah termasuk spesifikasi roda empat yang dipasarkan di dalam negeri.

"Gasoline misalkan, sudah Euro4 dan spesifikasi bahan bakar sebenarnya di atas Pertalite. Pemilik kendaraan harus sadar penggunaan bahan bakar seperti apa, RON seperti apa. jika menggunakan di luar spesifikasi, akan cepat rusak," jelas Kukuh saat dihubungi Liputan6.com melalui sambungan telepon, Kamis (2/6/2022).

Sementara itu, terkait kendaraan diesel bahkan saat ini penerapan standar emisi gas buang Euro4 sudah berlaku sejak 12 April 2022. Sehingga, pada dasarnya pemilik memang harus menggunakan bahan bakar yang sesuai dengan peraturan berlaku.

"Jika masih ada yang tidak menggunakan bahan bakar yang sesuai, itu tanggung jawab pribadi masing-masing. Bahkan, ketika kendaraan keluar dari pabrik, memang sudah sesuai dengan spesikasi mesin dan bahan bakar. Tapi kemudian, jika ada sopir tembak yang nakal, yang menggunakan bahan bakar tidak sesuai," tegas Kukuh.

Selain itu, jika melihat satu sisi lainnya, dengan menggunakan BBM yang memang sesuai spesifikasi mesin dengan RON yang tepat atau lebih tinggi, maka target penurunan emisi untuk menuju green mobility akan tercapai.

"Secara nasional, tidak akan mencapai target penurunan emisi menuju green mobility, kalau semua belum memberlakukan menggunakan bahan bakar sesuai spesifikasi. Kita juga harus lihat secara gambar besarnya," tegas Kukuh.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pembatasan untuk Mobil Mewah

20160315-Hore, Harga BBM Pertamina Turun Rp 200 Per Liter-Jakarta
Petugas mengisi BBM pada sebuah mobil di salah satu SPBU, Jakarta, Selasa (1/3). Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Pertalite Rp 200 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pembatasan Pertalite dan solar ini, kabarnya juga akan menyasar pengguna mobil mewah. Meskipun, hingga saat ini memang aturan teknis masih terus digodok oleh pemerintah.

"Mobil mewah definisinya apa, kalau tidak salah ada dalam peraturan pemerintah, seperti supercar dengan persyaratan pajaknya beda. Tidak masuk akal, mobil dengan teknologi tinggi pasti menuntut bahan bakar lebih bagus. Bahkan Euro6, lebih mahal dari Euro4," ujar Kukuh.

Dengan begitu, terkait penggunaan bahan bakar untuk mobil mewah, merupakan masalah kepatuhan dari pemilik.

"kalau kita itu, menyiapkan kendaraan dan menjual itu sesuai dengan ketentuan pemerintah. Prinsipal juga pastiu menyesuaikan itu," pungkasnya.

Infografis Beli Pertalite dan Solar Bakal Pakai MyPertamina
Infografis Beli Pertalite dan Solar Bakal Pakai MyPertamina (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya