Benarkah Nikuba Bisa Ubah Air Jadi Bahan Bakar Kendaraan?

Nikuba atau Niku Banyu hasil karya dari seorang warga bernama Aryanto Misel, bersama Pangdam III/Siliwangi Mayjen Kunto Arief Wibowo, menjadi heboh dibicarakan masyarakat Indonesia

oleh Arief Aszhari diperbarui 15 Jul 2023, 12:13 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2023, 12:13 WIB
Banner Infografis Geger Nikuba Inovasi Bahan Bakar Air Temuan Aryanto Misel. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Geger Nikuba Inovasi Bahan Bakar Air Temuan Aryanto Misel. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Nikuba atau Niku Banyu hasil karya dari seorang warga bernama Aryanto Misel, bersama Pangdam III/Siliwangi Mayjen Kunto Arief Wibowo, menjadi heboh dibicarakan masyarakat Indonesia. Terlebih, mesin yang disebut mampu mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan ini diklaim diminati oleh perusahaan otomotif asal Italia, yaitu Ferrari dan Lamborghini.

Kapendam III/Siliwangi, kolonel Adhe Hansen mengatakan beberapa waktu lalu, Aryanto memang tengah berada di Itali untuk menwarkan mesin Nikuba tersebut. Sang penemu yang dijuli profesor tanpa gelar ini, dipanggil oleh penyedia energi tersebut untuk menjelaskan karyanya.

"Kemarin dia tuh dipanggil (ke Italia), jadi mesin itu mengolah air untuk bisa menjadi bahan bakar, intinya itu," kata Adhe di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Dalam keterangan resmi Kodam Siliwangi, mesin yang dinamakan Nikuba itu merupakan akronim dari 'Niku Banyu' atau 'Ini Air'. Mesin itu mampu mengkonversi air melalui sistem pemisahan hidrogen dan oksigen pada kandungan air hingga menjadi energi mesin pembakaran dalam Internal Combustion Engine (ICE) di kendaraan.

Dalam prosesnya, Nikuba berhasil terus disempurnakan sehingga lebih efisien saat digunakan untuk kendaraan dengan kemungkinan bisa menghemat 100 persen bahan bakar minyak.

Menanggapi temuan Nikuba milik Aryanto Misel ini, Pengamat Otomotif dan Akademisi dari Institut Teknologi bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu tidak menampi, jika prinsip dasar elektrolisis air untuk menghasilkan gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2) secara teknis bisa dilakukan.

Namun, Yannes mengatakan, munculnya keraguan terkait keaslian atau efektifitas Nikuba ini, memang karena inovasi tersebut sebagai teknologi yang mampu mengubah air jadi energi penggerak mesin kendaraan dengan efisiensi yang sangat-sangat tinggi tidak terungkap secara gamblang.

"Pertama soal efisiensi yang dilakukan baterai 12 V untuk menghasilkan jumlah gas, yang dimanfaatkan energi penggerak motor bakar. Di situ, muncul keganjilan. Terus terang, untuk bisa menghasilkan hidrogen dalam jumlah besar, perlu energi besar juga, energi listrik yang besar sekali," tegasnya.


Proses Nikuba

Mengenal Nikuba Hasil karya Aryanto Misel yang Diremehkan di Indonesia (ist)
Mengenal Nikuba Hasil karya Aryanto Misel yang Diremehkan di Indonesia (ist)

Kedua, hidrogen ini sebenarnya yang dihasilkan tidak diceritakan juga, apakah dalam tekanan ruang yang standar atau bagaimana. Menurut Yannes, untuk bisa menghasilkan jumlah kalori setara bahan bakar minyak (BBM), diperlukan tabung berkompresi tinggi, sekitar 150 psi.

"Ini tidak diceritakan juga, banyak hal-hal yang dirahasiakan dengan dalil kerahasian dan sebagainya. Akhirnya, menimbulkan keraguan dari banyak pihak, terutama pihak dari dunia riset," tambah Yannes.

Sementara itu, berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan sang penemu Nikuba, dengan bahan bakar 1 liter air, mesin ini bisa menempuh jarak 450 kilometer.

Nikuba pada berbagai event dan kesempatan terus ditampilkan melalui berbagai ragam pameran atas inisiasi Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Kunto untuk mendapatkan input dalam rangka penyempurnaan sebagai sebuah karya teknologi yang dimungkinkan dapat dikembangkan untuk energi masa depan.

"Kalau memang teknologi pemisahan hidrogen bisa dihasilkan dengan sangat efisien dan mudah. Terus terang, ada dua brand besar dunia yang mengembangkan teknologi fuel cell untuk kendaraan bermotor, misalkan Toyota dan BMW. Mereka lembaga riset puluhan tahun, kok tidak bisa menghasilkan skala keekonomian disampaikan sosial media (Nikuba)," pungkasnya.


Tanggapan BRIN

Pernyataan Yannes, kemudian didukung oleh pendapat dari Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Haznan Abimanyu, yang melihat pada dasarnya BRIN mendukung agar temuan tersebut dapat diuji secara ilmiah.

Alasannya, secara ilmiah, air memang dapat diubah menjadi energi dengan menggunakan prinsip elektrolisis, di mana arus listrik searah DC dialirkan ke air (H20) dengan menambahkan zat kimia yang terdiri dari Sulfuric Acid (H2SO4).

Proses tersebut akan menyebabkan air melepaskan elektron pada sisi anoda (+) untuk memisahkan O2 atau Oksigen. Lalu, ion Hidrogen menerima elektron di sisi katoda (-). Adapun asam sulfat digunakan ion untuk menghantarkan arus listrik.

Lebih lanjut Haznan menuturkan, produk elektrolisisnya berupa hidrogen yang bisa digunakan di berbagai sektor, dari sektor pembangkit listrik, industri terutama industri petrokimia, perumahan, hingga alat transportasi/kendaraan.

"Terkait nikuba yang merupakan produk penelitian/inovasi masyarakat, BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide inovasi karena BRIN berkomitmen untuk mendorong inventor atau inovator untuk bisa membuktikan secara ilmiah agar bisa diterima oleh komunitas," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (14/7/2023).


Infografis Geger Nikuba Inovasi Bahan Bakar Air Temuan Aryanto Misel

Infografis Geger Nikuba Inovasi Bahan Bakar Air Temuan Aryanto Misel. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Geger Nikuba Inovasi Bahan Bakar Air Temuan Aryanto Misel. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya