Liputan6.com, Ottawa, Kanada - Pemerintah Kanada pada hari Senin (24/6/2024) mengungkapkan bahwa pihaknya bisa saja mengikuti jejak Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk melambungkan bea masuk kendaraan listrik buatan China. Tujuan besarnya sama, untuk melindungi industri dan lapangan kerja lokal.
Langkah ini akan dirundingkan lebih lanjut untuk menyelaraskan diri dengan sekutunya melawan apa yang mereka lihat sebagai subsidi besar-besaran industri China yang tak adil.
Disitat dari Reuters, Menteri Keuangan Kanada, Chrystia Freeland mengatakan sektor otomotif dalam negeri menghadapi persaingan tidak sehat dari "kebijakan overkapasitas yang diarahkan oleh negara (China)."
Advertisement
Sebelum menentukan penerapan tarif, Pemerintahan Kanada akan membuka periode konsultasi publik selama 30 hari mulai 2 Juli terkait banding.
"Produsen China dengan sengaja menciptakan kelebihan pasokan global yang merugikan produsen kendaraan listrik di seluruh dunia, termasuk di Kanada," kata Freeland kepada wartawan di Vaughan, Ontario.
Pernyataan ini muncul selepas pemerintahan Amerika Serikat di bawah Biden pada Mei lalu mengumumkan tarif bea impor kendaraan listrik China akan membengkak hingga 100 persen, dan Uni Eropa yang mengumumkan hal serupa untuk diperkirakan dikatrol sebanyak 38,1 persen untuk ditetapkan pada 4 Juli.
Meski begitu, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau masih berhati-hati untuk mengambil tindakan karena khawatir Kanada menuai tindakan balasan dari China, seperti apa yang menjadi ancaman bagi negara lainnya.
"Kami akan melihat dengan cermat langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk memastikan bahwa industri otomotif Kanada dan konsumen Kanada mendapat dukungan yang baik di tahun-tahun mendatang," ucapnya.
Tuai Banyak Dukungan dari Pelaku Otomotif Kanada
Mengajukan perundingan lebih lanjut mengenai kemungkinan ini, Kanada mendapat peringatan dari China melalui surat kabar pemerintah Global Times, yang mengajukan mereka untuk tetap rasional dan strategis tanpa pengaruh Washington. Ini juga mengingat China adalah mitra dagang terbesar kedua Kanada setelah Amerika Serikat.
Menurut perolehan data yang diambil Reuters dari pelabuhan terbesar Kanada di Vancouver, impor mobil dari China di pelabuhan tersebut melonjak 460% setiap tahun sejak 2023, ketika Tesla mulai mengirimkan kendaraan listrik produksi Shanghai ke Kanada.
Walau kontributor utama peningkatan ini adalah Tesla, sumber Bloomberg mengatakan fokus regulasi tarif Kanada bukanlah Tesla.Â
Berbeda dengan keputusan penaikan tarif di Eropa yang menuai protes dari eksekutif produsen otomotif lokal di sana, kelompok otomotif Kanada justru mendesak Trudeau untuk mengenakan tarif pada mobil China. Mereka mengatakan negara Amerika Utara tersebut tak boleh berseberangan dengan AS mengenai masalah ini, mengingat adanya perjanjian perdagangan bebas Amerika Serikat-Meksiko-Kanada.
Perdana Menteri Ontario Doug Ford pekan lalu juga mendesak Trudeau untuk menyamakan kebijakan tarif dengan Amerika Serikat, yakni 100 persen untuk dikenai pada mobil China.
"Kecuali kita bertindak cepat, kita mempertaruhkan lapangan kerja di Ontario dan Kanada," tegas Ford.
Advertisement
China Ancam Buat Front Perang Dagang
Membalas tiga ancaman proteksi Barat pada kendaraan listrik miliknya, melalui pidato pada pertemuan World Economic Forum pada Selasa (25/6/2024), di Dalian, China, Perdana Menteri China Li Qiang mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan China mendapat keuntungan dari subsidi yang tidak adil dan siap membanjiri pasar mereka dengan teknologi ramah lingkungan yang murah.
"Produksi kendaraan listrik canggih, baterai lithium-ion dan produk fotovoltaik China, dan sebagainya, pertama-tama memenuhi permintaan domestik kami, tetapi juga memperkaya pasokan global," kata Li dalam pidato pembukaannya di kota timur laut China tersebut.
"Peningkatan pesat industri-industri baru China berakar pada keunggulan komparatif unik China,"Â tegas Li.
China bersikukuh bahwa mereka hanya memutuskan untuk berinvestasi pada teknologi ramah lingkungan lebih awal, bukan memberikan subsidi yang tak adil. Dalam hal ini, menurutnya tindakan Barat tak dapat dibenarkan.
Pemerintah China sebelumnya juga telah memperingatkan Uni Eropa bahwa mereka berisiko membuka front baru dalam perang dagang Barat.
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Advertisement