Liputan6.com, Makassar - Tidak hanya politik uang, peredaran uang palsu juga diduga marak terjadi jelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) 9 Desember 2015. Hal itu menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang pasar yang berjualan di kawasan Poros Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Daeng Ngalli, seorang pedagang sayur, menyebut aktivitas pasar yang ramai di pagi dan sore hari membuka peluang bagi pengedar uang palsu. Potensi itu semakin berlipat di jelang pilkada besok. Apalagi, Poros Pallangga merupakan pasar penyangga bagi warga Makassar.
Kejadian itu sempat menimpa rekannya sesama pedagang. Ngalli menuturkan, peredaran uang palsu diketahui saat rekannya hendak menyetorkan hasil penjualan hari itu ke bank. Pihak bank menolak salah satu lembaran rupiah yang sudah lecek gara-gara uang itu palsu.
Baca Juga
Baca Juga
"Ya kita waspada dan hati-hati. Kita juga pasti periksa dengan baik uang pembeli siapa tahu ada palsu mesti kondisinya kelihatan baru. Tapi, menelitinya secara manual saja dengan dilihat, diraba, diterawang itu," ujar Ngalli kepada Liputan6.com, Selasa (8/12/2015).
Hal senada dikemukakan pedagang sayur lainnya, Daeng Nyampa. Pedagang yang berjualan di Mangalli, beberapa meter dari terminal Cappa Bungaya itu mengaku, isu peredaran uang palsu semakin santer terdengar jelang pilkada. Karenanya, ia juga meningkatkan kewaspadaan dengan meneliti setiap uang yang diterimanya.
"Harus memang hati-hati menerima uang pembeli, apalagi mau pencoblosan pilkada," kata Daeng Nyampa.
Advertisement
Hamsah, pedagang pasar induk Sungguminasa lainnya mengatakan, dirinya sangat berhati-hati dengan rayuan uang pilkada dari manapun. Sebab komunitas pasar, kata dia, adalah sasaran empuk peredaran uang palsu. Termasuk pasar tradisional sebagai lokasi yang sangat potensial meraih simpatik masing-masing kandidat.
"Bukan rahasia peredaran uang palsu menjelang pemilihan kepala daerah. Dan pastinya akan ada sisa bukti dan waktunya saja belum diketahui,” kata Hamsah.