Menakar Integritas Cagub DKI Lewat Gestur Saat Debat

Menurut pakar gestur, Monica Kumalasari, saat debat pertama terlihat integritas calon melalui sikap, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan suara.

oleh Khairur Rasyid diperbarui 22 Jan 2017, 09:06 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2017, 09:06 WIB
Debat Cagub DKI
Debat Cagub DKI

Liputan6.com, Jakarta Debat calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada 13 Januari 2017 mencuri perhatian masyarakat. Dalam debat itu, masyarakat bisa melihat siapa yang paling pantas memimpin Jakarta.

Menurut pakar gestur, Monica Kumalasari, saat debat pertama terlihat integritas dari masing-masing calon melalui sikap, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan suara.

"Di sini akan terlihat integritas, dengan mengevaluasi emosi antara pasangan calon saat debat. Ini semua berdasarkan scientific based, bukan cuma melihat tata bicaranya saja, tapi keseluruhannya," ujar Monika Kumalasari di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 21 Januari 2017.

Monica menyebutkan evaluasi gestur yang pertama pada cagub nomer urut satu yakni Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni. Menurut dia, Agus terlihat lebih dominan, dari awal dimulainya debat. Agus terus menerus menanggapi tanpa diberikan kesempatan terhadap wakilnya Sylvi, ditambah dengan kata-kata Agus yang selalu menyebutkan kata saya ketimbang kami.

"Gesturnya Agus itu keliatan jelas dia itu terlalu dominan dibandingkan Sylvi, terus Agus selalu pakai kata 'saya' yang notabenenya itu sendiri, bukan kata 'kami' seperti yang dipakai Ahok dan Anies, kan pekerjaan membangun Jakarta tidak sendiri," tutur Monica.

Sementara, Ahok dia terlihat lebih legowo saat berdebat. Namun, Ahok terlihat menguasai panggung. Menurut monika hal ini tidak terlepas dari status Ahok sebagai pertahana yang telah sudah bekerja dengan baik.

"Ahok ketika debat bisa menguasai panggung, dan seakan dia ingin menyampaikan pesan secara tidak langsung, Ahok ingin mengatakan saya bersyukur kepada Djarot, dan terlihat gesturnya yang tulus dan mengatakan dua kali nama lengkapnya Djarot. Seolah-olah dia menegaskan walau dia terkena kasus namun wakilnya dapat mengakomodir dan dapat bisa diterima," kata Monica.

Sementara untuk pak Anies gestur pembawaan saat debat sudah bagus, namun harus dikurangi jawaban dan tanggapan seperti dosen yang sedang mengajarkan anak muridnya mata kuliah.

"Untuk pak Anies gesturnya sudah bagus, akan tetapi dikurangi jawaban seperti dosen ke anak muridnya, seperti mengatakan pertanyaan tidak nyambung dari sylvi seharusnya Anis bukan mengatakan seperti itu, malah harusnya dia menjawab dengan lebih bagus dari pertanyaan itu, ini kan sama ketika dosen ngajar mahasiswa," tutur Monica.

Sementara, kata Monica, gaya Sylviana masih seperti pembawa cerita sehingga yang mendengar merasa bosan. Sementara Djarot, kata Monica harus berhati-hati dengan ucapannya.

"Pak Dajrot sudah bagus, namun saat berkomentar terkait hal sensitif seperti ibu-ibu yang datang ke pengadaian saat tahun ajaran baru banyak yang merasa tersinggung," ujar dia.

Sementara Sandiaga Uno, kata Monica,  seakan-akan merendahkan rivalnya dengan gesturnya.

"Kalau Sandi itu saat debat, ketika pasangan lain menyampaikan pendapatnya dia itu menaikan ujung bibirnya dan geleng-geleng kepala, kalau dari sisi gestue sih ini merendahkan namanya, " tandas Monica.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya