Liputan6.com, Bangkalan - Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 2, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, ikut berbelasungkawa atas eksekusi mati terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Bangkalan, Muhammad Zaini Misrin Arsyad, di Arab Saudi. Sebagai bentuk rasa duka, keponakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini pun melayat ke kediaman mendiang yang berada di Dusun Lembana, Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan.
Kedatangan Gus Ipul disambut langsung keluarga almarhum. Di antaranya dua putra laki-laki mendiang, Saiful Toriq dan Mustofa Kirniawan. Gus Ipul lantas melakukan dialog bersama mereka.
Baca Juga
Hasil Akhir Quick Count Poltracking: Khofifah-Emil Menang Telak di Pilgub Jatim
Hasil Quick Count Charta Politika Pilkada Jatim 100%: Luluk-Lukman 8,16%, Khofifah-Emil 57,23%, Risma-Gus Hans 34,61%
Hasil Rekapitulasi Data Suara Sementara Pilkada Jatim di KPU, Pengumpulan Data dari Setiap Daerah Nyaris Rampung
Tak cukup dengan dialog, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga menyempatkan membacakan doa dan tahlil bersama keluarga.
Advertisement
"Kita semua prihatin, kita semua berduka. Semoga almarhum diterima di sisi-Nya. Mari kita doakan bersama," ujarnya sebelum berdoa, Selasa (20/3/2018).
Dalam kesempatan ini, Gus Ipul memberikan dukungan penuh pada keluarga untuk mendapatkan keadilan atas kasus tersebut. Sebab, keluarga merasa penegakan hukum di Arab Saudi berlaku sepihak mengingat kasus hukum mendiang tengah berjalan.
Berdasarkan penjelasan keluarga, pengajuan Peninjauan Kembali (PK) tentang vonis hukuman mati mendiang telah dikabulkan pengadilan pada Januari lalu. Dengan kata lain, eksekusi mati sebenarnya bisa dibatalkan.
"Saya meneruskan protesnya keluarga yang saat ini juga sudah ditindaklanjuti oleh Kementerian Luar Negeri. Keluarga merasa bahwa eksekusi itu dilakukan tanpa pemberitahuan," ujar Gus Ipul.
"Memang ini sesuatu yang aneh. Sesuatu yang mengganjal di hati keluarga. Sebab, kasus hukumnya, menurut pihak keluarga, masih berjalan," kata mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ini.
Sehingga, Gus Ipul berharap bahwa hal ini menjadi perhatian pihak terkait.
"Pemerintah harus mengakomodasi protes yang diajukan keluarga. Ini sebagai bentuk perlindungan negara kepada rakyatnya," kata Wakil Gubernur Jatim dua periode ini.
Â
Harapan Gus Ipul
Gus Ipul pun berharap bahwa kejadian ini yang terakhir menimpa TKI asal Jawa Timur. Apalagi, hubungan bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi selama ini berjalan baik.
"Baik hubungan G to G (goverment to goverment) sangat baik, masyarakatnya juga sangat baik. Semestinya, ada yang bisa dilakukan. Meskipun, peraturan memang tidak mewajibkan untuk memberikan pemberitahuan terlebih dahulu," usul Gus Ipul.
"Pemerintah Arab Saudi harus mencermati soal masalah yang lebih luas. Ada ikatan yang erat antara Indonesia dan Arab Saudi, bukan hanya ikatan politik, tapi juga kedekatan kultural," ulasnya.
Sementara itu, anak sulung mendiang, Saiful Toriq, berterima kasih atas kunjungan cagub yang berpasangan dengan cawagub, Puti Guntur Soekarno, ini. "Kami harapkan insiden ini menjadi yang terakhir. Semoga ke depan, kasus serupa tak lagi terjadi," ucap Saiful.
Meski tidak bisa mengingat awal mula keberangkatan bapaknya, Saiful mencoba menceritakan sosok sang ayah. Ia mendapatkan cerita dari ibunya, Naimah (45), kalau sang ayah sudah berangkat sejak Januari 1992.
"Pada saat itu ibu mengandung saya, Abah sudah berangkat. Saya lahir tidak ada Abah, soalnya di Arab," ujarnya.
Lebih lanjut, Saiful menyampaikan kalau Abahnya menjadi TKI di Arab Saudi menggunakan jalur resmi, bukan ilegal. "Abah berangkat TKI jalur resmi, makanya ibu juga ikut jadi TKW. Saya lahir usia tiga bulan ibu dipanggil kerja, lalu saya diasuh nenek," jelasnya.
Saiful menceritakan pertama kali ketemu Zaini saat berumur 10 tahun. "Itu pas tahun 2002, Abah ambil cuti dua bulan di rumah. Lalu terakhir 2004 itu sudah dapat kabar dari paman, Hidir Cahyanto (40) yang juga jadi sopir di sana. Adik saya waktu itu dapat kabar telepon kalau Abah kena kasus di Arab," jelasnya.
Saiful mengatakan, sebenarnya ia sudah mengetahui bahwa sang ayah terkena kasus sejak tahun 2004. Namun, keluarga minta agar masalah ini dirahasiakan terlebih dulu karena masih tahap proses pemeriksaan.
"Baru tahun 2008 dari pemerintah baru memberikan kejelasan kasusnya. Padahal, Abah sudah ditahan sejak tahun 2004," ucapnya.
Hampir 14 tahun ditahan, Zaini akhirnya harus kehilangan nyawa di hadapan algojo Kerajaan Arab Saudi.
Advertisement