Mama Emi Ajak Warga NTT Perangi Berita Hoax

Mama Emi menyatakan berita hoax itu kadang membuat orang takut, galau, bahkan terjebak dalam situasi penuh ketidakpastian.

oleh Amar Ola Keda diperbarui 04 Apr 2018, 22:43 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2018, 22:43 WIB
Pilkada NTT
Mama Emi saat nginap di rumah warga Larantuka (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang- Cawagub NTT nomor urut 2, Emelia Julia Nomleni, khawatir dengan semakin maraknya berita hoax di tengah masyarakat dewasa ini. Untuk itu dia mengajak seluruh masyarakat NTT untuk memerangi informasi bohong tersebut.

Mama Emi, sapaan akrab Emelia, sendiri pernah menjadi korban berita hoax yang menyebut dia sudah didiskualifikasi sebagai kandidat Pilgub NTT 2018. Padahal, kabar itu jelas-jelas tidak benar.

"Selama ini pemerintah kadang melakukan penertiban. Tapi persoalan memerangi berita hoax ini sebenarnya tergantung dari pribadi masing-masing. Masyarakat harus dilibatkan, bergandengan tangan memerangi berita hoax ini," kata Mama Emi di Kupang, Rabu (4/4/2018).

Pasangan Marianus Sae ini mengatakan, berita hoax itu kadang membuat orang takut, galau, bahkan terjebak dalam situasi penuh ketidakpastian.

Mata rantai berita hoax ini, lanjutnya, harus diputus karena bisa menggangu ketentraman dan keberagaman yang selama ini diperjuangkan.

"Ketika ada berita yang tidak benar disampaikan ke semua orang, akan menimbulkan hal-hal yang akan memisahkan satu dengan yang lain. Karena berita itu membuat orang berada dalam ketakutan, ketidakpastian, dan kadang menimbulkan pertentangan yang dalam antarsesama masyarakat," katanya menjelaskan.

"Kalau masyakarat merasa bahwa suatu informasi itu tidak benar, jangan diteruskan. Harus putus di situ. Intinya, memerangi berita hoax ini dimulai dari diri kita masing-masing. Jangan lanjutkan informasi yang tidak benar," imbuhnya menegaskan.

Menurut Mama Emi, alasan sederhana seseorang harus menyebarkan berita hoax, adalah agar mendapatkan pengakuan dari masyarakat.

"Alasan sederhana seseorang harus menyebarkan berita hoax, adalah agar mendapatkan pengakuan, bahwa dialah yang lebih dahulu mendapatkan sebuah informasi. Padahal ketika ditelurusi, berita yang disebarkan itu tidak benar," jelasnya.

"Lalu ketika sudah jelas duduk perkaranya, kita akhirnya sibuk dengan klarifikasi-klarifikasi, yang sebenarnya tidak perlu terjadi, jika kita menahan diri untuk menyebarkan sebuah berita hoax," sambungnya.

Perempuan berambut putih ini lagi-lagi menegaskan, persoalan ini akan cepat teratasi jika masyarakat turut dilibatkan.

"Konkretnya begini. Masyarakat harus diajarkan untuk lebih melihat ini sebagai sesuatu yang harus diperangi secara bersama-sama. Tanpa melibatkan masyarakat, saya pikir perjuangan ini takkan sempurna, karena masyarakatlah pelaku kehidupan ini," tegasnya.

Rela Tidur di Rumah Warga

Pilkada NTT
Mama Emi mengikuti prosesi Semana Santa di Larantuka (Liputan6.com/Ola Keda)

Rumah itu berdinding bambu, tidak ada nuansa mewah atau wow. Sederhana memang, tetapi di halaman rumah itu tumbuh berbagai macam bunga membuat rumah sederhana itu nampak asri dan adem.

Di rumah sederhana itulah, Emilia Julia Nomleni atau biasa disapa Mama Emi, menginap saat mengikuti prosesi Semana Santa Larantuka. Bukan hotel mewah, Mama Emi lebih memilih rumah sederhana di RT 3 RW 2 Kelurahan Sarotari Tengah, Kabupaten Flores Timur untuk menjadi tempat istirahatnya.

Pemilik rumah, Mariana Fernandez mengaku kaget dan bangga rumahnya jadi tempat menginap Mama Emi.

"Awalnya saya malu, bagaimana mungkin seorang calon wakil gubernur bisa nginap di rumah saya yang sederhana ini," ujar Mariana.

Saat mendatangi rumahnya, kata Mariana, Mama Emi sempat ke kamar anaknya untuk menyimpan barang bawaan tanpa merasa gengsi.

"Saya sempat omong ke Mama Emi, kalau rumah kami sederhana, tetapi Mama Emi katakan kalau dia merasa nyaman dan adem di rumah ini," katanya.

Mama Emi pun memilih kamar sempit yang selama ini jadi kamar anak menjadi kamar tidurnya. Selama menginap di rumahnya, lanjut Mariana, Mama Emi sarapan apa adanya, bahkan hanya dengan mie dan sayur.

"Kalau pagi minum teh dan jagung titi, siang hanya dengan nasi putih dengan mie dan sayur. Mama Emi makan apa adanya bersama kami," katanya.

Mariana mengaku selama ini hanya mengetahui nama Mama Emi lewat pemberitaan dan hanya melihat Mama Emi di baliho-baliho yang dipasang. Namun, saat melihat langsung Mama Emi dia sangat kagum dengan kesederhanaan Mama Emi.

"Datang pertama di rumah masuk kamar dan keluar sudah pakai sarung, dari situlah saya lihat kesederhanaan Mama Emi dan tidak sungkan lagi. Dari penampilannya saja kita tahu Mama sangat sederhana," papar Mariana.

Dia mengatakan, dari kesederhanaannya Mama Emi sangat pantas jadi pemimpin karena tulus mendatangi orang-orang kecil dan tidak memilih penginapan atau hotel mewah.

"Mungkin Mama Emi mau lihat dan merasakan langsung kehidupan orang-orang kecil seperti kami," imbuh Mariana.

Sebagai kaum perempuan, Mariana mengaku bangga karena majunya Mama Emi sebagai calon Wakil Gubernur NTT sebagai bukti bahwa kaum perempuan bukan kaum lemah.

"Berbanggalah wahai wanita karena Mama Emi sudah angkat derajat kita. Saat mengenal dekat Mama Emi, jujur saya langsung ambil sikap untuk mendukung Mama Emi, meski kedatangan Mama Emi ke Larantuka bukan agenda politik tetapi saat ini saya sudah punya pilihan," imbuh Mariana.

"Ini sejarah di NTT bahwa Mama Emi satu-satunya perempuan yang maju dalam konstelasi Pilgub NTT," pungkas Mama Emi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya