Liputan6.com, Jakarta - Banyak pihak selama ini menilai Facebook salah satu biang kerok terjadinya kecurangan Pemilihan Umum di Amerika Serikat.
Untuk membersihkan namanya dari tudingan tersebut, beberapa waktu lalu CEO Facebook Mark Zuckerberg mengambil langkah melindungi kegiatan Pemilu dari berbagai kemungkinan kecurangan dan eksploitasi platform-nya.
Diumumkan VP of Product Management Facebook Guy Rosen melalui keterangan yang diterima Tekno Liputan6.com, Rabu (4/4/2018), Facebook berupaya mencegah serangan yang membahayakan kehidupan demokrasi. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh Facebook untuk melindungi Pemilu.
Advertisement
Baca Juga
"Pertama adalah memberantas campur tangan pihak asing," kata Rosen.
Selanjutnya, Facebook juga berupaya menghapus akun-akun palsu yang tersebar di platform tersebut.
Ketiga, Facebook meningkatkan transparansi iklan dan keempat, Facebook terus mengurangi maraknya penyebaran berita palsu alias hoax.
Lebih lanjut, Chief Security Officer Facebook Alex Stamos mengatakan, ada berbagai jenis konten negatif termasuk hoax yang disebarkan di Facebook dengan beragam motif berbeda dari si penyebar.
"Masalah umum yang terjadi adalah adanya identitas palsu, audiens palsu, fakta palsu, serta naratif palsu. Naratif palsu paling yang tersulit diatasi karena tiap perusahaan media dan konsumen bisa memiliki pandangan berbeda tentang naratif yang dianggap pantas meski mereka pada dasarnya sepakat dengan faktanya," kata Stamos.
Dia menjelaskan, motif umum yang paling sering bagi penyebar disinformasi adalah uang.
"Kebanyakan informasi menyesatkan yang kita temui, baik dilihat secara kuantitas maupunjangkauan, dibuat oleh grup yang secara finansial menghasilkan uang dengan mendorong trafik ke website yang mereka miliki," ujar Stamos.
Hapus Akun Palsu
Selanjutnya terkait pemberantasan akun palsu, Facebook mengklaim pihaknya kini makin pintar dalam mendeteksi dan mengatasi akun palsu.
Facebook menyebut pihaknya bisa memblokir jutaan akun palsu tiap harinya, bahkan sebelum akun-akun palsu tersebut berbuat kejahatan. Semuanya dilakukan dengan bantuan machine learning.
"Machine learning memungkinkan kami menemukan kegiatan mencurigakan tanpa memeriksa kontennya," kata Product Manager Facebook Samidh Chakrabarti.
Tidak hanya itu, Facebook juga menggunakan perangkat investigasi baru, sehingga kini pihaknya bisa proaktif mencari tipe kegiatan terkait pemilu yang mungkin berbahaya. Misalnya Pages tak jelas yang menyebarkan konten tak autentik.
"Jika menemukannya, kami akan mengirimkan akun tersebut ke tim pemantau," tutur Chakrabarti.
Jika terbukti melanggar, Pages pun bakal langsung dihapus. Sekadar diketahui, Faebook kini punya 20.000 pegawai untuk memberantas konten negatif termasuk Pages tak jelas.
Advertisement
Organisasi Pemeriksa Fakta
Hal lain yang juga dilakukan Facebook adalah kemitraan dengan organisasi third-party fact-checking yang bertugas memeriksa fakta.
Cara kerjanya, Facebook menggunakan masukan dari pengguna untuk memprediksi berita yang mungkin palsu, kemudian dilakukan peninjauan oleh pemeriksa fakta.
Saat ditemukan bahwa berita tersebut palsu, distribusinya ke News Feed akan dikurangi sehingga konten tersebut tak lagi terlihat. Facebook juga memberi notifikasi ke pengguna yang menyebarkan unggahan tersebut.
Facebook menggunakan informasi dari pemeriksa fakta untuk mengembangkan model machine learning yang mampu menangkap unggahan yang berpotensi menjadi berita palsu.
"Kami menyadari, kami akan selalu tertinggal jika hanya menargetkan postingan individu. Untuk itu, kami mengambil tindakan terhadap Pages dan domain yang menyebarkan berita palsu secara berulang kali. Kami juga mengurangi kesempatan mereka untuk beriklan dan monetisasi," kata Facebook.
(Tin/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: