Liputan6.com, Makassar - Calon Wakil Wali Kota Makassar Andi Rachmatika Dewi berjanji akan mendorong pengembangan ekonomi kreatif di Makassar. Apalagi menurut dia, banyak potensi yang belum dimaksimalkan.
"Sekarang ini zamannya anak-anak muda, bukan berarti yang tua tidak bisa berkembang lagi. Ini adalah zaman now, di mana hal-hal baru dan kreatif menjadi sangat dinantikan masyarakat," ujar Andi Rachmatika Dewi di Makassar, seperti dikutip dari Antara, Kamis (26/4/2018).
Ia mengatakan, salah satu ekonomi kreatif yang tengah naik daun di Makassar adalah industri perfilman di mana banyak karya anak muda sudah masuk pasar nasional.
Advertisement
Cicu, sapaan akrab Rachmatika Dewi, mengungkapkan, beberapa film yang diproduksi sineas-sineas asal Makassar, seperti Uang Panai, Silariang, Sumiati, telah diterima baik oleh pencinta film di Indonesia.
Bahkan, kata Cicu, beberapa karya anak Makassar itu mendapatkan penghargaan dari Lembaga Sensor Film (LSF) seperti film bergenre budaya adat Sulawesi Selatan, yakni Silariang berhasil keluar menjadi yang terbaik pada 2017 menyisihkan banyak film nasional seperti Ainun Habibie.
"Kita bangga dan memang bakat-bakat sineas Makassar itu bagus-bagus. Contoh film Silariang itu berhasil menjadi film terbaik oleh lembaga sensor film di tahun 2017. Belum lagi film lainnya yang meraih penghargaan," kata Andi Rachmatika Dewi.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Apresiasi Film
Cicu yang merupakan mantan Wakil Ketua DPRD Sulsel itu juga mengapresiasi film yang sekarang sedang tayang di bioskop seperti Melawan Takdir dan Halo Makassar.
Ia bahkan menyempatkan waktu untuk menonton film Melawan Takdir, yang mengangkat kisah nyata seorang warga Sulsel yang tinggal jauh di pedesaan dan mampu menggapai mimpinya bersekolah ke luar negeri.
"Film yang sangat bagus dan mengedukasi, sejauh ini Makassar menjadi salah satu kota yang mengalami pertumbuhan industri perfilman dan sepatutnya kita memberikan support," terang Cicu.
Film ini menceritakan kisah perjalanan hidup Prof Hamdan Juhannis pada tiga fase, yakni anak-anak, remaja, hingga menjadi seorang profesor di usia 36 tahun.
Proses pengambilan gambar diambil di empat lokasi, yakni Kabupaten Bone, Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Australia.
Jumlah pemain inti sekitar 20 orang, sementara untuk total keseluruhan termasuk kru sekitar 400 orang yang hampir semua berlatar belakang akademisi.
Advertisement