Rahayu Saraswati: Pembangunan Manusia Indonesia Masih Lemah

Secara keseluruhan sistem pendidikan Indonesia ada di peringkat 62 dari 72 negara.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 13 Nov 2018, 19:03 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2018, 19:03 WIB
Outlook for Indonesia's Presidential Election 2019 (Istimewa)
Outlook for Indonesia's Presidential Election 2019 (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Prabowo-Sandiaga, Rahayu Saraswati, menyayangkan pembangunan manusia baru mendapat perhatian di tahun terakhir masa pemerintahan. Ia menilai, pembangunan infrastruktur yang selama ini menjadi prioritas tak serta merta mendorong peningkatan kualitas manusia.

"Kita sudah mengingatkan sejak awal kepada pemerintahan untuk tidak mengesampingkan pembangunan manusia," ujar politikus yang juga anggota DPR Gerindra, dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa (13/11/2018).

Ia menyampaikan hal itu di Seminar Nasional Outlook For Indonesia's Presidential Election 2019 dalam rangka HUT Habibie Center yang ke 19 tahun. Politisi yang akrab dipanggil Sara ini mengatakan, penguasaan sains Indonesia, menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), berada pada peringkat 62 dari 70 negara.

Data yang sama menyebutkan Indonesia ada pada peringkat 64 dari 70 negara dengan kebiasaan membaca, dan peringkat 63 dari 70 negara untuk penguasaan matematika.

Secara keseluruhan sistem pendidikan Indonesia ada di peringkat 62 dari 72 negara. Ia menilai hal ini bukan disebabkan minimnya anggaran.

"Ini semua terjadi karena permasalahan managemen, kualitas sistem pendidikan dan kurangnya dukungan peningkatan kualitas pengajar," ujar Sara.

 

Penurunan Kemiskinan Lambat

Ia menunjukan bukti kebijakan infrastruktur tidak mendorong peningkatan kualitas hidup adalah melambatnya angka penurunan kemiskinan di Indonesia.

Pemerintahan dinilai mengalami penurunan jumlah penduduk miskin paling lambat sejak hampir dua dekade terakhir yakni 0,51 juta jiwa per tahun.

Angka ini lebih lambat ketimbang 2 periode masa jabatan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yakni 0,72 juta per tahun di periode pertama dan 0,96 juta jiwa per tahun di periode kedua.

"Kecepatan penurunan kemiskinan pemerintahan ini juga kalah dengan Bu Megawati yakni 0,57 juta, apalagi dengan Gus Dur yang mencapai 5,05 juta jiwa per tahun," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya