Jakarta Akankah pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak yang sedianya hendak dilaksanakan oleh pemerintah dilakukan melalui e-voting?
Menurut Ketua KPU Arief Budiman, e-voting tidak akan dilakukan di tengah situasi pandemi Covid-19. E-voting dinilai menggerus kultur budaya yang ada di masyarakat Indonesia.
Hal ini dijawab Arief saat menggelar kegiatan bincang alumni International Visitor Leadership Program tentang Accountability and Government and Bussines oleh Konsulat Jenderal Amerika Surabaya, Jumat, 14 April 2020.
Advertisement
Lebih lanjut Arief menjelaskan, bahwa pesta demokrasi seperti pilkada yang telah menjadi bagian dari kultur dan budaya masyarakat Indonesia tidak akan lagi ada jika e-voting diterapkan.
Untuk solusi di tengah wabah Covid-19 ini, Arief mengusulkan pilkada dilakukan melalui e-rekap dan salinan digital.
"Tidak ada satu sistem baik di negara manapun yang dianggap sempurna bagi suatu negara. Namun, kalau menurut saya kita bisa melakukan e-rekap dan salinan digital bukan e-voting," ungkapnya.
Untuk e-rekap sendiri dilakukan menggunakan alat elektronik untuk proses perekapan data. Sedangkan untuk salinan digital, inisiasi tersebut bersumber dari pengalaman di tahun 2019.
Pada tahun 2019, pemilu tersebut menjadi salah satu pekerjaan yang luar biasa karena tersedia ratusan lembar hasil pemilu yang harus ditulis oleh panitia untuk diserahkan ke saksi.
Namun, jika menggunakan salinan digital walaupun pemilu tersebut diikuti oleh banyak calon dan dilakukan serentak dalam satu hari saja, proses tersebut bisa selesai.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tidak Sesuai dengan Kultur Budaya
Sedangkan e-voting, menurutnya tidak sesuai dengan kultur budaya masyarakat Indonesia.
"Pemilu yang paling transparan ada di Indonesia, masyarakat dari proses terbawah sampai di level atas seluruhnya bisa disaksikan secara langsung," kata Arief.
Untuk e-rekap sendiri sudah pernah dipraktikkan di tahun 2014 dan tahun 2019. Namun, Arief menilai bahwa vote atau pemilihan tetap dilakukan dengan manual.
"Justru pesta demokrasi yang kita lakukan ini dilirik oleh negara-negara lain. Banyak negara yang ingin belajar voting manual dari kita. Karena diketahui akhir-akhir ini menurut beberapa lembaga tren penggunaan e-voting menurun karena isu hacking yang sempat heboh pada pemilu di Amerika,” tambah Arief Budiman.
Saksikan berita Times Indonesia lainnya di sini.
Advertisement