Liputan6.com, Jakarta - Dalam acara dialog kebangsaan bersama Pendeta Gilbert Lumoindong yang dihelat di Jakarta pada Sabtu 28 Oktober 2023 lalu, bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo menjelaskan bagaimana dirinya memberikan kepercayaan kepada Novi Basuki untuk menjadi juru bicaranya.
"Tidak ada yang instan dalam berpolitik dan berbangsa. Semuanya butuh proses," ujar Ganjar melalui keterangan tertulis, Kamis (9/11/2023).
Untuk itu, Ganjar menceritakan anak muda bernama Novi Basuki, seorang santri bersuku Madura asal Situbondo yang mendapatkan pendidikan selama 10 tahun di Tiongkok.
Advertisement
Ganjar mengaku terkesan dengan kefasihan Novi dalam berbahasa Mandarin dan pemahaman Novi terhadap filosofi serta sejarah Tiongkok.
"Pada suatu waktu saya menonton video Novi yang viral di media sosial. Dalam video tersebut Novi menjelaskan Tiongkok yang maju pesat karena pemimpinnya lahir tidak dengan cara instan, melainkan dengan proses panjang dan berjenjang," papar dia.
Karena terkesan dengan paparan Novi, akhirnya Ganjar melamar Novi untuk menjadi juru bicaranya ketika bertemu di salah satu acara di Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Novi pun langsung menyanggupinya.
Usai bercerita, Ganjar pun menekankan pentingnya menjalani proses dalam politik dan pembangunan bangsa. Ia mengajak semua pihak untuk tidak tergoda dengan jalan pintas dan tetap berpegang pada nilai-nilai yang benar.
"Saya percaya bahwa dengan menjalani proses yang tepat, Indonesia dapat menjadi negara yang unggul dan memiliki nilai lebih daripada negara lain," jelas Ganjar.
Â
Kata Novi soal Pasangan Ganjar-Mahfud Md
Sementara itu, Novi mengaku tidak punya keraguan untuk memilih pasangan Ganjar-Mahfud pada Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.
Sebab, menurut dia, Ganjar dan Mahfud adalah sosok pemimpin yang kepemimpinannya juga ditempa secara berjenjang dan dalam waktu yang sangat lama.
"Mulai dari Pak Ganjar jadi anggota legislatif, dua periode jadi gubernur, hingga kemudian mencalonkan diri jadi presiden. Ditambah dengan Profesor Mahfud Md yang berpengalaman sangat lama juga di bidang legislatif, yudikatif, dan eksekutif," ucap dia.
"Mereka bukan pemimpin yang dihasilkan secara ujug-ujug karena bermodalkan kekayaan, ketenaran, keningratan, apalagi akal-akalan," jelas Novi.
Advertisement