Seperti Apa Karakter 2 Calon Wali Kota Solo Gibran dan Bagyo Sesuai Weton?

Berdasarkan tanggal kelahirannya, cawali Pilkada Solo Gibran disebut memiliki karakter bertanggung jawab dan murah hati. Sementara, Bagyo memiliki karakter yang suka menolong.

diperbarui 13 Nov 2020, 12:29 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2020, 12:29 WIB
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)

Jakarta - Seperti apa sosok dan karakter calon wali kota atau cawali Pilkada Solo 2020, Gibran Rakabuming Raka dan Bagyo Wahyono sesuai tanggal lahir atau weton? 

Sejarawan dan pemerhati budaya Solo, Tunjung W Sutirto, memberikan analisisnya mengenai karakter dua calon wali kota atau cawali Pilkada Solo 2020 ini berdasarkan weton mereka.

Dalam budaya Jawa, karakter seseorang bisa dilihat berdasarkan tanggal lahir atau weton dalam kalender atau penanggalan Jawa. Hal ini telah menjadi pedoman selama ratusan tahun dan menjadi bagian dari keseharian masyarakat Jawa dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.

Sesuai daftar riwayat hidup Gibran Rakabuming Raka, suami Selvi Ananda itu lahir pada 1 Oktober 1987. Tunjung menjelaskan Gibran lahir bertepatan dengan penanggalan Jawa Kemis Legi, 7 Sapar 1920/07 Shafar 1408 H.

Orang dengan weton seperti Gibran dinilai memiliki karakter bertanggung jawab dan murah hati.

"Enak dalam pergaulan, selalu gembira, seperti tidak pernah susah. Sering kena fitnah, kuat tidak tidur malam hari, berhati-hati namun sering bingung sendiri. Paarasannya seperti lakuning lintang, yaitu suka menyendiri," jelasnya kepada Solopos.com pekan lalu.

Sedangkan untuk saptawara atau pancasuda Gibran, menurut Tunjung, yaitu Satrya Wibawa. Orang dengan pancasuda seperti itu biasanya memiliki karakter berwibawa dan berbudi luhur.

Ihwal ulasan itu, Tunjung mengaku menggunakan referensi portal Ki-Demang. Dengan memasukkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran seseorang bisa dilihat weton, wuku, saptawara atau pancasuda-nya.

Sementara itu, berdasarkan portal online primbon, dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Gibran, diketahui bapak dua orang anak itu berweton Kemis Legi dan wuku Sinta. Namun, bagian pancasuda atau saptawara berbeda dengan ulasan Tunjung.

Merujuk pada laman tersebut, Gibran diibaratkan sebagai sumur sinaba. Orang dengan karakter seperti itu berjiwa sangat welas asih kepada sesama, bahkan menjadi tempat bernaung bagi orang yang menderita kesusahan. Ia selalu terbuka bagi siapa saja. Bahkan pada hari tua banyak yang datang menimba ilmu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Weton Bagyo Wahyono

Lantas bagaimana dengan cawali Solo, Bagyo Wahyono? Menurut penanggalan Jawa lahir pada Kemis Pahing, 8 Ruwah 1892/8 Syaban 1380 Hijriah. Menurut Tunjung W Sutirto, orang dengan weton seperti Bagyo memiliki karakter berupa kesungguhan yang penuh perhitungan untuk mendapatkan untung dan suka menolong.

"Kalau rakamnya itu ibarat Mantri Sinaroja yang perlambangnya adalah memperoleh kemuliaan, mampu menjalankan tugas," ungkapnya. 

Sementara, paarasan orang ini adalah lakuning bumi yang berwatak melindungi, mengasuh, sabar, mengalah. Orang yang lahir pada tanggal ini mempunyai wuku tambir yang tinggi cita-cita dengan simbol burung prenjak.

"Aral bagi orang yang punya wuku Tambir menurut primbon Jawa adalah sering dijahili atau dikerjai orang. Orang dengan Wuku Tambir sering kali lesu fisiknya, sehingga bisa menjadi kehilangan semangat," sambung Tunjung.

Sedangkan merujuk pada portal Ki-Demang yang menjadi referensi Tunjung, sosok seperti Bagyo memiliki Pancasuda atau diibaratkan Lebu Katiyup Angin. Orang dengan pengibaratan itu sering dimaknai cita-citanya sering tidak kesampaian.

Namun merujuk portal online Primbon, orang dengan tanggal lahir itu diibaratkan sebagai wasesa segara. Yakni dikenal sebagai sosok yang penyabar, lapang dada, berbudi luhur, dan mempunyai kewibawaan.

Orang ini juga dikenal teliti dan berhati-hati dalam memutuskan segala sesuatu. Mereka juga suka berbicara terbuka, jujur, keras dan disiplin, tetapi tetap mempunyai tenggang rasa. Ihwal adanya beberapa perbedaan ulasan atau analisis tersebut, Tunjung mengakui karena memang banyak versi primbon.

 

Simak berita Solopos.com lainnya di sini. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya