Liputan6.com, Jakarta - Putri Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yakni Yenny Wahid mengatakan, kediaman keluarganya di Ciganjur, Jakarta Selatan (Jaksel) terbuka bagi semua bakal calon presiden (capres) yang ingin bertandang.
"Pasti kami membuka diri, semua capres yang akan sowan ke Ciganjur kami terbuka dan menerima," ujar Yenny Wahid saat menghadiri Perayaan Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia (HUT Ke-78 RI) di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/8/2023).
Baca Juga
Menurut dia, pihaknya justru sangat mengapresiasi dan berterima kasih jika ada bakal capres yang datang. Karena, kata Yenny, dengan begitu keluarganya bisa menitipkan nilai-nilai Gus Dur kepada para bakal capres.
Advertisement
"Siapa pun yang akan berkunjung, sowan, ibu saya (Sinta Nuriyah Wahid) maka kami menerima dengan tangan terbuka," ucap dia.
Yenny menyebut, sejauh ini baru bakal capres PDIP Ganjar Pranowo yang bertandang ke kediaman orang tuanya di Ciganjur. Kunjungan Ganjar ke Ciganjur dilakukan Minggu 13 Agustus 2023 lalu.
Ada pun hingga saat ini sudah ada tiga nama bakal capres yang akan maju di Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
Sebelumnya, bakal Capres 2024 Ganjar Pranowo sowan ke istri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Minggu malam 13 Agustus 2023.
Kepada Sinta, Ganjar mengaku menjadikan sosok Gus Dur dan Abdul Wahid Hasyim (ayah Gus Dur) sebagai inspirasi dalam bernegara.
"Pertama, terkait hukum, seperti diceritakan Gus Dur dalam tulisannya, hukum positif yang berlaku di Indonesia telah mengakomodasi aspek penting dalam hukum Islam atau syariat di dalamnya, yaitu ketahanan (deterrence)," kata Ganjar dalam siaran tertulisnya, Minggu 13 Agustus 2023.
Apa yang Dibahas?
Gubernur Jawa Tengah itu dan Sinta salah satunya membahas soal hukum positif. Dia mengatakan, ke depan, hukum positif perlu adil dan bisa ditegakkan tanpa pandang bulu seperti yang dicita-citakan Gus Dur dan Wahid Hasyim.
"Bukan tumpul ke bawah dan tajam ke atas, kemudian menjadi kunci keberhasilan negara atas rakyatnya. Dalam hal ini, adalah mewujudkan baldatun thoyibatun wa rabun ghofur," kata Ganjar.
Dia juga mengaku belajar dari Gus Dur dan Wahid Hasyim untuk menerima Pancasila sebagai azas tunggal.
"Dengan begitu, kata Gus Dur, perjuangan-perjuangan memakmurkan dan memajukan Indonesia seperti amanat dalam lima sila Pancasila bisa diwujudkan. Khususnya terkait mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujar Ganjar.
Keduanya juga membahas soal hukum Islam. Ganjar mengakui sempat tidak memahami maqashidu syar’iah atau maksud-maksud hukum Islam.
"Dari tulisan dan pemikiran Gus Dur, lah saya mengetahuinya. Bahwa di dalamnya ada unsur hifzul mal (menjaga harta), hifzul nafs (menjaga jiwa), hifzul din (menjaga agama), hifzul aql (menjaga akal), dan hifzul nasl (menjaga keturunan)," kata Ketua Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) itu.
"Semua unsur itu seperti diungkapkan Gus Dur yang menjadi dasar ulama-ulama NU, termasuk Kiai Wahid Hasyim untuk kemudian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebab, semua hal tersebut mustahil terwujud di bawah penjajahan," lanjut dia.
Advertisement
Bangga Disebut Santri Gus Dur
Ganjar kepada Sinta juga mengaku bangga jika disebut sebagai santri dari Gus Dur, karena gagasan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu sesuai untuk bangsa.
"Sejak lama, kalau ada orang tanya, saya sering dengan bangga mengaku sebagai santri Gus Dur, karena saya merasa gagasan Gus Dur memang tepat untuk bangsa ini dan saya jadikan landasan dalam mengemban setiap jabatan politik yang diamanahkan kepada saya, bahkan makin kemari seluruh gagasan Gus Dur makin relevan," ujar dia.
Ganjar kemudian menyinggung tentang masalah intoleransi yang belakangan terjadi di Indonesia yang bisa selesai dengan menggunakan pendekatan gagasan Gus Dur.
"Hari ini pula, ketika kita sedang menghadapi ancaman ketidakpastian keamanan global, Gus Dur selama menjadi presiden juga telah mengajarkan cara untuk menjadikan Indonesia pemain penting di dunia. Kunjungan-kunjungan Gus Dur ke luar negeri, ke berbagai negara, telah membuat kepala Indonesia kembali tegak setelah terpuruk akibat krismon," ujar Gubernur Jawa Tengah itu.
Ganjar kemudian mengatakan kedatangan ke kediaman Sinta Nuriyah sebagai bentuk sowan dari santri kepada istri dari ulama yang dikagumi.
"Oleh karena itu, kedatangan saya hari ini tak lain adalah sebagai santri yang sowan kepada bu nyainya. Dengan harapan bisa mendapat doa, dukungan dan ijazah, sehingga perjuangan saya sebagai santri yang alhamdulillah dipercaya menjadi bakal calon presiden, bisa tetap selaras dengan gagasan-gagasan Gus Dur. Bisa ma’tsur atau nyambung sanadnya," ujar dia.
"Sebab, saya percaya bernegara pun perlu sanad yang baik. Dan, bersanad ke Gus Dur tentu bagian dari jalur terbaik. Bahkan, bukan hanya dalam taraf bernegara, begitupun dalam beragama," lanjut Ganjar.
Ganjar dan Pernikahannya
Ganjar dalam pembicaraan dengan Sinta juga berbicara tentang pernikahan dengan Atikoh yang diketahui berstatus anak dari Kiai Hisyam Kalijaran.
Ganjar menerima pesan dari sang mertua saat hendak menikahi Atikoh agar bisa membangun rumah tangga meneladani keluarga Kiai Wahid Hasyim.
"Saya tanya alasannya, kenapa harus keluarga Wahid? Jawaban mertua saya singkat saja. Keluarga Wahid itu suksesnya dua. Sukses dunia dan akhirat," kata dia menirukan pembicaraan dengan sang mertua.
"Maka, ketika hari ini saya diberi kesempatan untuk bersilaturahmi, saya sangat senang sekali. Saya ingin tanya apa rahasia kesuksesan keluarga Wahid itu kepada Bu Shinta, Mbak Yenny, Mbak Alisa, dan keluarga," ujarnya.
Ganjar kepada Sinta juga tidak lupa meminta restu agar perjuangan memajukan dan menyejahterakan Indonesia diperlancar.
"Berbekal restu dan dukungan dari Bu Nyai Shinta, saya yakin perjuangan untuk kemajuan Indonesia yang sedang kami ikhtiarkan bersama akan semakin mudah dan berkah," tutup Ganjar.
Advertisement