Jubir TPN Ganjar-Mahfud Sindir Suara PSI yang Drastis Mengalami Kenaikan

Juru Bicara TPN Ganjar–Mahfud, Chico Hakim ikut menyoroti data terbaru real count KPU yang menyebutkan, suara PPP mengalami penurunan menjadi 3,97 persen, sementara PSI mengalami kenaikan drastis dan kini di angka 3,12 persen.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 03 Mar 2024, 17:36 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2024, 02:00 WIB
Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menghadiri kampanye akbar pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo-Gibran di Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (17/2/2024) (Istimewa)
Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menghadiri kampanye akbar pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo-Gibran di Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (17/2/2024) (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Chico Hakim ikut menyoroti data terbaru real count KPU yang menyebutkan, suara PPP mengalami penurunan menjadi 3,97 persen, sementara PSI mengalami kenaikan drastis dan kini di angka 3,12 persen.

Chico mengaku heran, sebab selama ini ia menilai, PPP selalu memperoleh hasil lolos parlemen di tiap Pemilu dan survei.

Namun, ia menyebut Pemilu 2024 ini sarat dengan dugaan intervensi dari kekuasaan yang diduga melibatkan ASN, TNI-Polri dan penyelenggara pemilu dan membuat tiba-tiba raihan PPP berubah.

“Naiknya secara signifikan suara PSI dan turunnya suara PPP, semakin menegaskan bahwa ada penggelembungan suara dengan mengambil suara dari partai lain,” kata Chico dalam keterangannya, Sabtu (2/3/2024).

Dia menyebut, bila keanehan dalam raihan suara ini terus terjadi hingga akhir penghitungan suara, maka masyarakat akan menilai Jokowi terlibat dalam melengserkan PPP dari Parlemen.

“Maka masyarakat akan menilai Presiden Jokowi sebagai presiden yang menghilangkan sejarah Partai Ka’bah, karena mendukung Ganjar–Mahfud, dari Indonesia akibat dukungannya ke PSI,” kata Chico.

Chico menegaskan, adanya dugaan penggelembungan suara PSI harus ditolak semua pihak. Ia menyebut bila PSI lolos maka itu hanya bisa terjadi karena campur tangan kekuasaan.

“Karena memang sejak awal diduga PSI seharusnya tidak lolos sebagai peserta Pemilu, hanya karena campur tangan kekuasaanlah yang PSI lolos,” pungkasnya.

 

Grace Natalie: Jangan Giring Opini Sesatkan Publik

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta semua pihak agar tidak menyampaikan pernyataan tendensius menyikapi rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang hingga kini masih berlangsung.

Pernyataan ini disampaikan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menanggapi penambahan suara PSI, yang berdasarkan rekapitulasi suara KPU per Sabtu 2 Maret 2024 pukul 12.00 ada di angka 3,13 persen, dengan jumlah suara terhitung 65,73 persen. Perolehan suara PSI ini naik dari waktu ke waktu.

"Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," kata Grace dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu (2/3/2024).

Grace menambahkan, saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi.

"Di mana PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat," kata dia.

 

Wajar Ada Perbedaan

Grace mengingatkan perbedaan antara hasil hitung cepat atau quick count dengan rekapitulasi KPU juga terjadi pada partai-partai lain.

Ia mengambil contoh hitung cepat versi lembaga survei Indikator Indonesia atas PKB yang hasilnya 10,65 persen tapi berdasarkan rekapitulasi KPU mencapai 11,56 persen atau ada penambahan 0,91 persen. Contoh lain adalah suara Partai Gelora yang berdasarkan quick count 0,88 persen, sementara rekapitulasi KPU 1,44 persen alias selisih 0,55 persen.

Menurut Grace, berdasarkan hitung cepat Indikator, PSI ada di angka 2,66 persen sementara rekapitulasi KPU ada di 3,13 persen atau selisih 0,47 persen. Selisih PSI lebih kecil dibanding kedua contoh sebelumnya.

"Kenapa yang disorot hanya PSI? Bukankan kenaikan dan juga penurunan terjadi di partai-partai lain? Dan itu wajar karena penghitungan suara masih berlangsung," kata dia.

Ia meminta semua pihak bersikap adil dan proporsional. "Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik," pungkas Grace.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya