Liputan6.com, Jakarta - Di tengah perlambatan sektor properti Tanah Air, Makassar justru menunjukan tren yang berbeda. Ibukota provinsi Sulawesi Selatan ini mengalami kenaikan harga properti perumahan sebesar 5 persen, jauh meninggalkan pencapaian kawasan Jakarta Raya (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).
Managing Director Lamudi Indonesia, Steven Ghoos mengatakan, Sejak krisis keuangan global pada 2008, hampir setiap kota di Indonesia telah mengalami pertumbuhan positif di berbagai sektor, termasuk real estate.
Lanjutnya, pada periode sebelumnya, harga rumah tipe menengah ikut melonjak drastis di Makassar, dari 3 persen sampai 8 persen. Boston Consulting Group (BCG) bahkan memprediksi, populasi masyarakat kelas menengah di kota ini akan bertambah satu juta orang pada 2020.
“Untuk Makassar, kesuksesannya bukan hanya mempertahankan, tapi juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ini menunjukkan tingkat kekuatan, kemandirian, dan keberlangsungan kotayang dulu sempat populer dengan nama Ujung Pandang ini,” kata dia dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (23/5/2015).
Ghoos mengakui, sejumlah prestasi telah dicapai Makassar. Ditegaskannya, pertumbuhan ekonomi kota ini mencapai dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia atau tertinggi dalam lima tahun terakhir.
"Pemerintah daerah setempat juga berhasil memikat para investor dengan meningkatkan performa infrastruktur kota. Ditambah, rencana kota berskala global pada 2030 dengan menggagas Center Point of Indonesia," tambah dia.
Lebih jauh dijelaskan dia, mega proyek yang menyedot perhatian publik ini dibangun di atas tanah reklamasi seluas 157 hektare (ha), dekat dengan Pantai Losari. Hasil akhirnya berupa dua jalan utama yang menyediakam akses menuju pusat kota dan Bandara Sultan Hasanuddin.
Tersedia pula berbagai pilihan transportasi umum, seperti, monorel dan bus, bahkan gondola yang dapat mengantarkan Anda ke berbagai pulau.
Seolah belum cukup, Ghoos menerangkan, Pemda Makassar akan mendirikan fasilitas umum dan kantor-kantor pemerintahan di atas lahan seluas 50 ha. Ada pula pembangunan kawasan terpadu modern, dengan konsep perumahan dan komersial, di atas tanah seluas 107 ha.
Proyek tersebut merupakan bagian dari Kawasan Bisnis Terpadu global, dengan total luas 1000 hektar. Dikerjakan oleh PT Ciputra Surya Tbk, anak perusahaan dari salah satu pengembang nasional terbesar, Ciputra Group. Seluruh proyeknya diperkirakan menghabiskan lebih dari Rp 30 triliun, belum termasuk Rp 3,5 triliun untuk pekerjaan-pekerjaan reklamasi.
Di lain sisi, kata Ghoos, aneka proyek pembangunan properti pun tengah dikerjakan Lippo Group dan Agung Podomoro di Makassar. Lippo telah menginvestasikan Rp 3,5 triliun untuk St. Moritz Makassar Penthouse and Residences, sebuah proyek superblock seluas 2,5 ha dari 12 jenis properti.
Sedangkan Agung Podomoro akan menggarap proyek kota tepi pantai di Tanjung Bunga, yang luasnya mencapai 300 ha, dan direncanakan memakai reklamasi tanah untuk perluasan lahan.
“Proyek-proyek ini akan menggeser perhatian investor dari Pulau Jawa yang telah jenuh, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tandas Ghoos. (Fik/Ndw)