Liputan6.com, Jakarta - Umumnya, calon pembeli yang hendak membeli hunian baru akan mencari informasi selengkap-lengkapnya.
Mulai dari perbandingan lokasi, harga, sampai dengan fasilitas yang tersedia di sekitarnya. Salah satu cara paling lazim dilakukan ketika hendak berburu proyek residensial baru seperti apartemen atau perumahan adalah melalui brosur.
Media cetak atau online yang berupa soft copy ini memang paling praktis menjelaskan sebuah produk. Brosur bisa dalam bentuk cetak kertas atau file digital untuk disebarkan di internet. Brosur bagus tentu akan lebih menarik pembaca untuk melakukan pembelian.
Advertisement
Sayangnya, media promosi yang satu ini sering menawarkan bahasa marketing yang kerap kali mengecoh.
Nah, agar Anda memahami cara membaca brosur yang benar, berikut ini beberapa hal yang bisa Anda perhatikan, seperti dikutip dari Rumah.com yang ditulis Rabu (9/3/2016):
Promo Uang Muka
Ada banyak strategi pemasaran yang ditawarkan oleh developer untuk menarik konsumen dalam membeli rumah atau apartemen baru.
Salah satunya ialah dengan menawarkan keringanan dalam membayar uang muka. Seperti yang telah diketahui, sebelum mengajukan KPR, pembeli wajib menyerahkan uang muka sekitar 20 sampai dengan 30 persen.
Untuk meringankan bobot pembayaran tersebut, pengembang sering menawarkan promo uang muka mulai dari 10 persen sampai dengan promo “tanpa DP”.
Dalam memahami skema keringanan uang muka ini, Anda harus bertanya langsung dengan bagian staf marketing. Terlebih untuk promo tanpa DP. Bentuk promosi seperti ini terbilang jarang ditemukan dan memerlukan beberapa syarat tertentu.
Memahami NUP
Mungkin beberapa dari Anda masih asing dengan kata NUP (Nomor Urut Pembelian) yang sering dicantumkan pada headline brosur. NUP adalah urutan pembelian yang didapat dari pembeli potensial dengan membayar sejumlah uang.
Biasanya, seminggu atau tiga hari menjelang peluncuran, pembeli potensial sudah mendapatkan NUP tersebut. Berbeda dengan booking fee, NUP biasanya bersifat refundable atau bisa dikembalikan jika batal membeli.
Jumlahnya juga ringan mulai dari Rp 1 juta sesuai dengan kebijakan pengembang. Nah, nominal yang ringan ini sering menjadi iming-iming yang ditampilkan dengan ukuran font besar di bagian brosur. Seperti contoh tagline "Bayar 1 juta dapat apartemen Rp 250juta".
Cicilan dan Harga
Banderol angka yang berkaitan dengan harga dan cicilan seringkali mengecoh calon pembeli. Hal pertama yang harus Anda waspadai adalah penulisan kata berakhiran –an yang menjelaskan nominal harga. Semisal "Apartemen strategis harga Rp 200 jutaan", atau "Cicilan per bulan hanya Rp 2 jutaan"
Faktanya, apartemen tersebut bisa jadi memiliki harga Rp 295 juta atau cicilan per bulannya mencapai Rp 2,9 juta. Walaupun terkesan mengecoh, Anda tidak bisa menyalahkan pengembang karena imbuhan berakhiran –an memang bermaksud untuk menjelaskan kisaran angka yang tidak spesifik.
Kritis Soal Lokasi
Semua orang tentu mencari lokasi strategis ketika hendak membeli properti. Untuk itu, pengembang sering mencantumkan jarak tempuh yang kurang akurat demi menarik perhatian konsumen.
Sebagai contoh, jika terdapat tulisan "Hanya 5 menit dari pintu tol", maka Anda harus melakukan double check untuk memastikan kebenarannya.
Pelajari apakah daerah tersebut kerap mengalami kepadatan lalu lintas di jam-jam sibuk, atau selalu lengang dan lancar? Jika tidak memungkinkan untuk datang ke lokasi atau bertanya kepada warga lokal di sekitarnya, Anda juga bisa mengecek jarak dan waktu tempuh melalui Google Maps.
Jika Anda ingin mendapatkan informasi lebih akurat mengenai lokasi proyek developer, coba tengok Resensi proyek dari Rumah.com. Disana akan dijelaskan waktu tempuh atau kondisi lalu lintas secara lebih mendetail.
Jangan Mudah Percaya
Sebagai salah satu alat pemasaran, brosur tidak menjelaskan banyak hal yang terperinci. Beberapa di antaranya ada yang mencantumkan promo atau gratis namun luput dari penjelasan syarat dan ketentuan.
Ilustrasi artistik juga tidak selalu persis dengan aslinya. Oleh karena itu, sebelum kecewa, ada baiknya Anda aktif bertanya kepada staf bagian pemasaran secara langsung. Jika tertera jaminan ROI (Return of Investment) atau kembali modal, Anda juga perlu meminta perhitungan yang rinci. (Isnaini K/Ahm)