Liputan6.com, Jakarta Volume transaksi pada sektor properti di Asia Pasifik di kuartal ketiga tahun 2016 mencapai USD 33,1 miliar atau setara dengan Rp 429,8 triliun (dengan asumsi 1 kurs USD sama dengan Rp12.987).
Volume transaksi sendiri adalah transaksi secara harian yang dirata-ratakan dalam periode tertentu. Caranya dengan menjumlahkan volume atau frekuensi transaksi harian dalam periode tertentu dibagi dengan jumlah hari transaksi pada periode yang sama.
Menurut Jones Lang LaSalle, hasil capaian volume transaksi daerah ternyata mencapai Rp 1.124 triliun. Hal tersebut dikarenakan investor lintas perbatasan yang aktif hingga 30 persen dari target volume pada kuartal tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu penyebabnya dikarenakan investor lintas perbatasan yang cukup aktif sekitar 30 persen dari volume pada kuartal tersebut.
“Arus modal pembeli intra-regional di Asia Pasifik cenderung terus sedikit lebih tinggi dalam sembilan bulan pertama tahun 2016. Karenanya, investor Asia disukai oleh pasar,” ujar Dr. Megan Walters, Head of Research Asia Pasifik JLL seperti dikutip dari laman Rumah.com.
Cina Terus Menarik Investor
Cina merupakan negara paling bersinar di Asia Pasifik. Selama kuartal ketiga ini Cina senantiasa terus menarik investor, dimana volume transaksinya naik 45 persen dari tahun lalu mencapai Rp 127,2 Triliun.
“Volume kesepakatan didukung oleh beberapa penjualan aset nasional oleh perusahaan lokal. Begitu juga dengan pembeli domestik yang aktif dan agresif di tier pertama. Meskipun persaingan cukup ketat, terutama dari pengecer online, investor terus tertarik untuk proyek ritel”
“Misalnya Chongbang Grup yang membayar lebih dari Rp 6,49 triliun untuk membeli kembali saham sebanyak 80 persen dalam proyek Jinqiao Life di Shanghai,” kata Dr. Megan.
Hong Kong mencatat pertumbuhan volume yang kuat kuartal-ke-kuartal. Volume transaksi pada kuartal ketiga 56 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pada kuartal sebelumnya.
Singapura dan Korea Selatan juga tergolong aktf
Volume transaksi di Singapura juga naik sebanyak 61 persen tahun-ke-tahun pada kuarta ketiga ini. Hal ini juga didukung oleh serangkaian transaksi properti komersial.
“Kami melihat peningkatan kepercayaan investor terhadap prospek pasar kantor kelas menengah yang didukung oleh pasokan baru dengan kualitas baik. Meskipun begitu, untuk huniman mewah di Singapura, terjadi peningkatan terkait sentimen pasar,” kata Greg Hyland, Kepala Pasar Modal, Singapore di JLL.
Di Korea Selatan, volume transaksi dalam sembilan bulan pertama adalah 49 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Beberapa korporasi Korea berusaha meningkatkan posisi keuangan mereka dengan menjual bangunan non-core dengan penyewaan kembali,” kata Steven Craig, Managing Director, Korea di JLL.
Ia juga menambahkan, pada saat yang sama, dana inti dengan likuiditas cukup berlimpah. Dan sedang mencari hasil yang baik dari prospek pasar yang menguntungkan.
Foto: pixabay.com