Kedepannya, Surga Bagi Pebisnis Ritel adalah Surabaya

Surabaya akan kelimpahan ruang ritel baru sebesar 92.000 m2. Jumlah yang cukup besar bagi bisnis ritel di Indonesia.

oleh Wahyu Ardiyanto diperbarui 10 Feb 2017, 16:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2017, 16:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pesatnya perkembangan bisnis ritel di Surabaya, tidak dapat dipungkiri akan menjadikan Surabaya sebagai surga baru bagi para pebisnis ritel. Salah satu bukti yang bisa terlihat adalah selama 2 tahun kedepan, Surabaya akan kelimpahan ruang ritel baru sekitar 92.000m2.

Dalam analisa properti yang diterima Rumah.com dari Collier International Indonesia pada Januari 2017, khususnya pada sektor ritel di Surabaya, kita bisa melihat bahwa hingga 2 tahun kedepan, yaitu sampai tahun 2018, Surabaya akan kelimpahan ruang ritel baru sebesar 92.000 m2. Sebuah jumlah yang cukup besar untuk Ibukota Jawa Timur.

(Simak juga: Doyan Ngemal? Beli Hunian Dekat Mal Baru di Surabaya)

Namun yang cukup menarik dari apa yang disampaikan Fery Salanto, Senior Association Director Research Collier International Indonesia, jumlah tersebut akan diisi oleh 3 pengembang yaitu Warna warni advertising, Intiland development, dan Pakuwon Jati.

Tidak tanggung-tanggung, dari total 92.000 m2 Pakuwon memberikan kontribusi sebesar 79,35 persen dengan 2 mal yang masih dalam taraf pembangunan. Di 2017 lewat Supermal Pakuwon 2 sebesar 40.000 m2 dan pada 2018 lewat Tunjungan Plaza VI sebesar 33.000 m2.

Lantas apa yang membuat Pakuwon tetap bersikukuh akan mempertahankan lokasi di sekitar Surabaya sebagai salah satu basis utama bisnis ritelnya? Jelas karena Surabaya masih memiliki prospek yang cukup baik dalam pengembangan bisnis ritel.

Ada dua hal yang menurut Fery Salanto akan menjadi dasar bagi para pengembang untuk terus dan terus mengembangkan sektor ritel di Surabaya. Pertama karena alasan occupancy rate ritel di Surabaya masih cukup tinggi. Selama tahun 2016 dan prediksi 2017, occupancy rate yang ada di Surabaya masih berada di kisaran 80-an persen.

Sementara jika di breakdown lebih jauh tentang occupancy di sekitar Surabaya, lokasi ritel yang ada di Surabaya pusat masih yang tertinggi yaitu berkisar di angka 90 persen. Sementara terendah berada di wilayah Surabaya Barat sekitar 70-an persen.

Menyangkut harga sewanya sendiri, jika kita membandingkan dengan harga sewa di Jakarta, jelas Surabaya masih bisa terus naik. Sekedar melihat apa yang disampaikan oleh Collier, untuk harga sewa rata-rata di Jakarta, tepatnya di CBD, sudah berada di kisaran angka IDR mendekati 900.000 pada 2016.

Sementara untuk kisaran sewa rata-rata pada area Jakarta di tahun 2016 untuk CBD sudah mendekati IDR 1.000.000.  Beda dengan Surabaya yang masih bisa berkembang lebih tinggi lagi. Di tahun 2016 kondisi rata-rata tarif sewa dasar di Surabaya untuk Surabaya Pusat masih dibawah IDR 600.000 dan Surabaya Barat sekitar IDR 400.000.

Itulah kenapa, berdasarkan analisa diatas kita masih bisa melihat bahwa kedepan harga yang diberikan di Surabaya masih mungkin bisa naik.

Menyangkut service charge yang selalu dijadikan ‘momok’ bagi para tenant, kondisi untuk Jakarta tahun 2016 diatas IDR 150.000. Beda dengan Surabaya, sekalipun tingkat huniannya lumayan cukup tinggi, namun rata-rata service charge-nya masih berada di kisaran angka IDR 80.000 – 110.000, dimana paling tinggi berada di Surabaya Pusat dengan IDR 110.000 dan sementara paling rendah berada di kawasan Surabaya Utara dan Surabaya Barat sekitar IDR 85.000.

Dari uraian diatas, kita bisa melihat bahwa di tahun 2017 dan 2018, Pakuwon Jati akan memasukan 2 pusat perbelanjaan yang bisa dikatakan cukup besar yaitu Supermal Pakuwon 2 di Surabaya Barat dan Tunjungan Plaza VI di Surabaya Pusat. Maka bisa dipastikan kedua pusat belanja ini akan bisa diminati investor dan pemilik usaha  ritel, mengingat harganya sudah pasti jauh di bawah Jakarta.

Tertarik untuk memiliki hunian atau berinvestasi di Surabaya dan sekitarnya? Simak pilihannya di sini.

Foto: Rumah.com

Achmad Fachrezzy

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya