Mengenal Noise-Cancelling dan Risiko Penggunaannya

Ketika teknologi noise-cancelling secara konsisten menghilangkan suara-suara tersebut, jaringan saraf ini tidak mendapat stimulasi yang cukup untuk berkembang secara optimal.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 22 Feb 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2025, 21:00 WIB
Mendengarkan Musik Lebih Maksimal dengan Headphone Pintar, Noise Cancelling hingga Deteksi Lokasi
Sony melansir headphone generasi terbaru untuk memaksimalkan pengalaman mendengarkan musik yang nyaman (Foto: Sony)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Noise cancelling adalah teknologi yang mengurangi suara bising dari luar sehingga dapat menghasilkan suara yang lebih jernih. Teknologi ini biasanya digunakan pada perangkat audio seperti earphone dan headphone.

Peningkatan penggunaan teknologi noise-cancelling di kalangan generasi muda memunculkan kekhawatiran di kalangan pakar audiologi terkait dampaknya terhadap perkembangan kemampuan pendengaran. Studi terbaru mengindikasikan bahwa ketergantungan berlebihan pada perangkat peredam bising dapat mengganggu proses alami otak dalam memfilter dan memproses informasi suara dari lingkungan sekitar.

Mengutip dari British Academy of Audiology, mengungkapkan bahwa keterampilan mendengarkan pada manusia terus berkembang hingga akhir masa remaja. Penggunaan telepon noise-cancelling secara berlebihan berpotensi menghambat perkembangan natural kemampuan otak untuk membedakan dan memilah berbagai jenis suara dalam situasi bising.

Fenomena gangguan pemrosesan auditori menjadi perhatian serius para peneliti kesehatan pendengaran. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan mengidentifikasi dan memahami suara spesifik dalam lingkungan dengan beragam sumber suara, meskipun hasil tes pendengaran dasar menunjukkan fungsi normal.

Laporan dari sejumlah rumah sakit di Inggris mencatat tren peningkatan kasus gangguan pendengaran pada kelompok usia muda. Pasien-pasien ini umumnya tidak menunjukkan kerusakan fisik pada organ pendengaran.

Akan tetapi, mereka mengalami kesulitan dalam memahami percakapan atau mengenali suara tertentu dalam situasi bising seperti ruang kelas atau tempat umum. Penelitian yang dilakukan Sonarworks mengungkap bahwa hampir 50 persen milenial dan lebih dari 25 persen Gen Z menggunakan telepon tanpa memainkan music.

Hal ini semata-mata hanya untuk meredam suara lingkungan. Data ini menunjukkan pergeseran pola perilaku yang mengarah pada ketergantungan terhadap teknologi peredam bising untuk menciptakan lingkungan yang terisolasi secara auditori.

Para pakar neurologi menjelaskan bahwa otak membutuhkan paparan terhadap berbagai jenis suara lingkungan untuk mengembangkan kemampuan pemrosesan auditori yang optimal. Proses alami ini melibatkan pengaktifan jaringan saraf yang bertanggung jawab dalam membedakan suara penting dari latar belakang bising.

Ketika teknologi noise-cancelling secara konsisten menghilangkan suara-suara tersebut, jaringan saraf ini tidak mendapat stimulasi yang cukup untuk berkembang secara optimal. Dari perspektif neurosains, isolasi auditori yang berkelanjutan dapat memengaruhi perkembangan korteks auditori, bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses informasi suara.

Plastisitas otak, terutama pada usia muda, membuat adaptasi terhadap lingkungan dengan menguatkan koneksi saraf yang sering digunakan dan memangkas yang jarang dipakai. Ketika seseorang terbiasa dengan lingkungan yang sunyi berkat noise-cancelling, kemampuan memproses informasi dalam situasi bising dapat berkurang secara bertahap.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya