Kupas Tuntas Fungsi TOD

Meski tengah ramai diperbincangkan prinsip dasarnya, TOD yakni membangun kawasan dengan tulang punggung angkutan umum massal.

oleh Fathia Azkia diperbarui 17 Nov 2018, 08:33 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2018, 08:33 WIB
NJOP Jakarta
Biasanya, TOD dibangun disekitar titik-titik transfer atau distasiun terminal yang menjadi stasiun atau pusat untuk angkutan umum massal.

Liputan6.com, Jakarta - Perencanaan kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD) digadang-gadang menjadi solusi kota layak huni. Meski tengah ramai diperbincangkan prinsip dasarnya, TOD yakni membangun kawasan dengan tulang punggung angkutan umum massal.

Sehingga bukan berfokus pada membangun properti, namun lebih kepada membangun properti sebagai andalan untuk pergerakan angkutan umum massal. Biasanya, TOD dibangun disekitar titik-titik transfer atau distasiun terminal yang menjadi stasiun atau pusat untuk angkutan umum massal.

Ketahui dinamika pasar properti di Indonesia, termasuk sentimen pasar dari sudut pandang pembeli lewat Rumah.com Property Affordability Sentiment Index!

Demikian dipaparkan Praktisi Transportasi dari Institut Teknologi Bandung Prof.Ir. Ade Sjafruddin M.Sc.,Ph.D.. Sistem yang sedemikian rupa tersebut, menjadikan orang yang menuju kesuatu kawasan atau ke tempat lain, maka dengan mudah menggunakan angkutan umum massal di kawasan tersebut, sebagai andalan.

“Jadi orang, kalau mau pergi kemanapun atau berkegiatan baik rutin maupun yang jarak jauh hanya tinggal mengandalkan angkutan umum massal, bukan pribadi. Dan di kawasan itu bisa di bangun perumahan, pusat kegiatan perkantoran, sekolah, titik perdagangan juga bisa,” terang Ade.

Tak hanya itu, menurutnya keberadaan TOD juga harus didukung oleh beberapa fasilitas yang wajib keberadaannya. Yakni seperti pusat stasiun angkutan massal layaknya angkutan berbasis rel yang paling baik.

Ia mendorong, segala sesuatu yang ada dikawasan tersebut harus dapat mendukung orang untuk menggunakan angkutan umum. Sehingga jika ada orang yang tinggal dikawasan tersebut, maka tersedia fasilitas untuk mencapai terminal, atau pusat angkutan umum tersebut, bukan dengan menggunakan mobil. Akan tetapi cukup dengan jalan kaki atau sepeda. Maka fasilitas pendukung untuk pejalan kaki dan sepeda harus baik.

“Jadi orang dari rumah mau ke tempat lain, tinggal menggunakan angkutan umum massal yang bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki dan tidak harus parkir. Dan sepeda harus ada lokasi parkir sepeda,” katanya.

(Eits, jangan coba-coba beli rumah di pinggir kota tanpa menyimak ulasan wilayahnya di Area Insider Rumah.com!)

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Ade mencontohkan, kota-kota di Eropa memiliki parkir khusus sepeda yang bagus, di gedung tertutup dan gratis. Sebaliknya, untuk parkir mobil tidak digratiskan malah dibuat mahal, hal ini dengan harapan tidak banyak orang yang menggunakan mobil atau pun bermotor.

Sehingga harus disiapkan feeder dari kawasan sekitar, ke lokasi stasiun. Dengan demikian orang yang mau menuju kesuatu tempat, kalau tidak naik sepeda atau jalan kaki, bisa menggunakan feeder bisa bis kota atau yang lebih kecil, juga angkot.

Menurut Ade, agak sulit menerapkan TOD di kawasan yang sudah berkembang. Sehingga dikatakannya penerapan TOD sangat cocok dilakukan pada kawasan yang relatif baru.

Ingin tahu apa yang menjadi kebutuhan konsumen properti saat ini? Temukan jawabannya dalam Riset Konsumen Properti di Rumah.com!

Dengan asumsi ketika membangun kawasan tersebut, entah perumahan baru, kawasan industri baru, atau perdagangan baru. Konsep ini bisa langsung diterapkan, baik untuk tata guna lahan, maupun struktur infrastrukturnya.

"Nah, menjadi repot kalau kotanya sudah terbangun karena orang sudah terlalu terbiasa dengan angkutan pribadi. TOD bisa, diberlakukan untuk yang eksisting, tetapi perlu perubahan yang signifikan," ujarnya.

Misalnya, di kawasan yang sudah terbangun, mau dibangun angkutan umum massal kesana, lalu diharapkan menjadi TOD. Bagaimana sistem yang sudah ada ini menyesuaikan diri, supaya dapat menarik, sekaligus orang tertarik menggunakan non mobil. Sepeda motor pun bukan pilihan yang diharapkan.

“Pokoknya sepeda motor dan mobil pribadi sebaiknya dikurangi, jadi harus angkutan umum, sepeda atau jalan kaki. Kemudian transfer antara stasiun dengan pusat kegiatan disiapkan dari terminal ke pusat kegiatan, bekerja, belanja rekreasi, harus disiapkan fasilitas menuju titik itu .Juga fasilitas pejalan kaki yang baik,” tegas Ade.

Diakui Ade, masing-masing kendaraan baik umum  maupun pribadi memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan kendaraan pribadi ada pada mobilitas, aksessibilitas. Bisa berhenti dimana saja, bisa dipakai kapan saja. Sedangkan angkutan umum ada jadwal dan titik turun naik. Mobil lebih aksesibibel, dan di sisi lain orang Indonesia memandang kendaraan pribadi sebagai status sosial.

Simak Review Properti untuk mengetahui ulasan mendalam tentang apartemen dan rumah incaran Anda


Efesiensi Lahan Lewat TOD

Sedangkan dari segi kenyamanan, biaya, keselamatan, lingkungan dan lain-lain, angkutan umum massal, terutama rel, jauh lebih nyaman.  Kembali ia mencontohkan, di Singapura, jepang, atau negara-negara lain.

Angkutan umum berbasis rel di Negara tersebut sangat nyaman. Bahkan, bisa jauh lebih cepat dibandingkan dengan mobil pribadi, karena menggunakan rel sehingga tidak terjebak kemacetan dan pasti lebih murah dan ramah lingkungan, hemat bahan bakar.

“Dari data, jumlah korban meninggal masih didominasi pengguna kendaraan pribadi. Setiap tahun orang meninggal akibat kecelakaan di atas 30 ribu orang,” imbuh Ade.

TOD seharusnya bisa mengintegrasikan antarmoda. Jika ini bisa diwujudkan, tentu akan semakin banyak masyarakat yang beralih menggunakan angkutan umum. Isu TOD telah menjadi isu nasional, khususnya di Jakarta.

Namun disayangkan hal ini tidak diikuti dengan janji TOD, yakni apakah ikut serta menyediakan fasilitas untuk pejalan kaki dan sepeda yang baik. Atau menyediakan akses feeder yakni akses menuju stasiun itu urat nadi angkutan umum massal.

Sehingga ketika orang mau meninggalkan angkutan pribadi, yang terpikirkan sepenuhnya adalah angkutan umum. Artinya dari rumah ke terminal harus bisa dijangkau dengan mudah dan nyaman.

TOD berdampak pula pada efisiensi lahan, hal ini diiringi oleh makin banyaknya bangunan kesamping sehingga banyak pula daerah resapan hilang, sedangkan kebutuhan tempat tinggal dan ekonomi, serta angkutan umum yang lebih baik untuk mengatasi kepadatan penduduk tinggi per area tetap dibutuhkan.

Apalagi kebutuhan apartemen atau perumahan, pertokoan, saat ini memiliki demand tinggi yang tinggi. Kehadiran TOD didukung demand yang tinggi akan lebih baik.

(Butuh informasi lengkap seputar tata cara mengurus sertifikat tanah? Simak dan temukan jawabannya di Panduan Rumah.com!)

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya