Liputan6.com, Semarang - Banyak cara mengekspresikan kecintaan pada sebuah kota. Salah satunya, apa yang dilakukan oleh Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI), yakni dengan menggelar pameran sketsa bertajuk 'Menggagas Kota Hijau'.
Menurut Ketua IALI Jawa Tengah, Heru Puworo, pameran kali ini selain untuk menunjukkan eksistensi organisasinya yang sudah menginjak usia ke 38 tahun. Serta, ingin terus memberikan inspirasi bagi penataan kota.
"Pameran sketsa ini untuk berbagi ilmu sekaligus menunjukkan sikap IALI menghadapi problematika ekologis, budaya, dan isu konservasi alam," kata Heru kepada Liputan6.com, Minggu (7/2/2016).
Menurut Heru, nyaris semua kota besar di Indonesia memiliki problematika yang sama di bidang ekologi. Jawaban paling real menjawab hal itu adalah membangun kota hijau yang cerdas.
"Yakni pembangunan yang holistik dengan berbasis konservasi, sosio budaya yang memanfaatkan teknologi. Kami siap membantu, sebagai perancang, konsultan, atau apa pun dalam sebuah perencanaan tata kota secara holistik," kata Heru.
Advertisement
Baca Juga
Pameran memang bukan sekadar memamerkan lukisan sketsa kota lama. Namun ada juga lansekap dan sketsa bangunan untuk situasi terkini.
Karena itu, Heru berharap, pemerintah dan masyarakat berada dalam titik kesadaran yang sama dalam tata kota dan tata kelola lingkungan.
"Kalau tempat tinggal nyaman, kota nyaman, mencari rezeki juga lancar," kata Heru berseloroh.
Rencananya, lanjut Heru, pameran ini akan rutin digelar secara periodik dan tidak hanya di Semarang, namun juga di kota lain yang berpotensi memiliki kompleksitas problematika tata kotanya.
Meskipun pameran kali ini tergolong langka dan termasuk penting di Semarang, dari pantauan Liputan6.com, pengunjung dan peminatnya tidak sebesar pekan diskon di mal.
Suhartoyo, salah satu pengunjung pameran tersebut menyebutkan, sepinya pameran sketsa lansekap menunjukkan masyarakat masih rendah minatnya terhadap pengelolaan tata kota.
"Barangkali lebih suka memikirkan kebutuhannya sendiri, dan pasrah sepenuhnya kepada pemerintah terhadap upaya membuat nyaman kotanya," kata Suhartoyo.
Sementara itu Noer Istanti, seorang pengunjung pameran yang digelar di Noeri's Cafe, Kota Lama Semarang 5-7 Februari 2016 mengaku sangat kagum dengan planologi kota lama.
Dalam beberapa sketsa yang dipamerkan, terlihat ada kesatuan bentuk bangunan dengan sistem drainase yang tuntas.
"Masalahnya, saat itu Semarang belum sebesar sekarang. Kalau sekarang, jika masyarakatnya terlibat, dan mau mengikhlaskan untuk kebaikan lingkungan, saya pikir sangat bisa," tutup Noer Istanti.