Liputan6.com, Malang - Pemandangan berbeda terlihat di Gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur. Ruang lobi rumah wakil rakyat itu berubah menjadi galeri seni yang memamerkan 96 lukisan karya 24 pelukis dari Asta Citra Perupa Malang Art Malang.
Ketua Penyelenggara Pameran, Bambang Randika Santoso mengatakan, pameran yang digelar 28-31 Maret ini bertujuan mengembalikan harkat dan martabat seniman di Kota Malang.
"Apresiasi terhadap seni terutama lukis sudah mulai turun. Pameran ini untuk meningkatkan kembali apresiasi itu, utamanya di kota ini," kata Bambang di Malang, Selasa (29/3/2016).
Dipilihnya pameran di Gedung DPRD Malang juga memiliki maksud ganda. Selain tempatnya yang strategis, ini sekaligus bentuk sindiran terhadap Pemerintah Kota Malang. Bahwa perhatian pemerintah terhadap ruang seni dan budaya masih minim.
"Di kota ini tidak pernah ada galeri khusus yang bisa dipakai seniman untuk menampilkan hasil karya mereka," ujar Bambang.
Baca Juga
Pameran bertema 'Bara Abadi Berkesenian' maksudnya agar seni tak mati, terutama di Kota Malang. Karya yang dipamerkan dari berbagai aliran, mulai dari naturalis, abstrak, realis, palet, dekoratif dan lainnya.
Pengunjung juga bisa membeli lukisan yang diminatinya. Harga lukisan mulai dari Rp 2,5 juta sampai Rp 25 juta. Tahun lalu saat pameran digelar di tempat yang sama, sejumlah anggota dewan dan pegawai sekretariat DPRD membeli lukisan.
"Kami juga butuh biaya pengganti kanvas dan alat lukis. Karena itu pameran ini sekaligus menjual," ucap Bambang.
M Syukri DS, pelukis berusia 70 tahun dan tertua di antara pelukis lainnya yang ikut pameran mengatakan, pilihan tempat di gedung wakil rakyat sekaligus mengingatkan pada pemerintah.
"Seniman butuh dukungan dari pemerintah. Juga mengingatkan para pejabat tentang keseimbangan hidup, jangan hanya sibuk bekerja," papar Syukri.
Kota Malang, kata dia, pernah memiliki Galeri Candra Kirana di tahun 1978, hibah dari sebuah perusahaan rokok. Namun gedung itu telah dijual dan tak lagi berfungsi sebagai galeri seni. Puluhan tahun sudah Syukri jadi pelukis, selama itu pula tak ada inisiatif pemerintah kota memfasilitasi para seniman.
Advertisement