Kelas Rawan Ambruk, Siswa Sukabumi Harus Belajar di Tenda

Siswa-siswa di Sukabumi ini juga duduk di lantai karena tak ada meja dan kursi.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Apr 2016, 21:30 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2016, 21:30 WIB
sekolah rusak
sekolah rusak siswa belajar di tenda

Liputan6.com, Sukabumi - Ratusan pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI) Batununggul, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi terpaksa harus belajar di tenda yang dipinjam dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat.

"Sudah beberapa tahun terakhir ini kami terpaksa menggunakan tedan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) karena kondisi kelas yang rawan ambruk dan jika hujan selalu becek dan bocor," kata Kepala MI Batununggal, Hilman Gazali, di Sukabumi, dilansir Antara, Jumat (8/4).

Saat ini jumlah pelajarnya ada sebanyak 104 orang. Sekolah ini hanya memiliki lima ruangan, satu digunakan ruang guru dan empat ruang lainnya untuk kelas.

Karena kondisinya yang rawan ambruk terpaksa jika hujan turun pihaknya memindahkan KBM ke dalam tenda dan itu pun seluruh kelas disatukan sehingga proses KBM tidak maksimal.

Selain ruang kelas yang sudah tidak layak, sekolah ini juga kekurangan meja dan kursi sehingga terpaksa anak didiknya belajar di lantai.


Kondisi seperti ini memang sangat memprihatinkan, tetapi pihak sekolah tetap berupaya memberikan yang terbaik untuk anak didiknya agar tetap bisa mendapatkan ilmu untuk masa depannya.

"Di tengah keterbatasan ini kami tetap harus bersemangat dalam melakukan KBM, selain itu mayoritas pelajar yang berasal dari kalangan tidak mampu menyebabkan sekolah sulit menarik iuran," kata Hilman.

Dia mengatakan sebenarnya pihaknya sudah melayangkan proposal permohonan bantuan ke Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Pemerintah Sukabumi sejak tahun lalu, namun hingga saat ini belum ada respon.

Untuk itu pihaknya berharap bantuan dari siapapun agar ruang kelas untuk kegiatan KBM bisa lebih layak karena bagaimana pun juga sekolah ini untuk mencetak generasi penerus bangsa.

Sementara itu, siswi kelas IV MI Batununggal, Dea mengatakan dirinya sulit menyerap informasi dari gurunya, karena kondisi tempat KBM tidak layak, sebab jika kemarau selalu berdebu dan saat musim hujan becek dan bocor ditambah dalam ruang kelas ada dua guru yang memberikan materi untuk jenjang kelas berbeda.

"Susah konsentrasi, tetapi bagaimana lagi saya harus tetap semangat di tengah keterbatasan ini," kata dia.

Dasep pelajar kelas II, menambahkan ia terpaksa harus belajar di lantai karena tidak ada kursi dan meja. Bahkan ia pun harus membungkuk dan pegal selama mengikuti KBM. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya