Curhat Pebulu Tangkis Muda yang Kandas ke Olimpiade Siswa

Osamah Jihad Romadhan berjuang demi nama keadilan atas prestasinya pada cabang olah raga bulu tangkis.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 08 Mei 2016, 06:25 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2016, 06:25 WIB
Osamah Jihad Romadhan
Osamah Jihad Romadhan, pebulu tangkis muda asal Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Bantaeng - Osamah Jihad Romadhan, seorang siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Muhammadiyah di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, berjuang demi nama keadilan atas prestasinya pada cabang olah raga bulu tangkis.

Osah, biasa ia dipanggil, mengunggah tulisan di akun Facebook milik Bastiang Hadi yang juga adalah ayahnya. Curcol atau curahan hati online itu kemudian dibagikan oleh Agusliadi ke berbagai grup WhatsApp pada Jumat 6 Mei 2016, sehingga ramai diperbincangkan oleh netizen yang menaruh simpati pada Osamah Jihad Romadhan.

Pada posting-an itu, Osamah meluapkan kekecewaannya terhadap perlakuan tidak adil yang diterimanya atas prestasi yang telah diraih sebagai juara satu pertandingan bulu tangkis antarsekolah se-Kabupaten Bantaeng.

Curhat Osamah Jihad Romadhan, pebulu tangkis muda asal Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, di akun Facebook milik sang ayah. (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

 

"Di mana saya mewakili sekolah saya yakni Mts Muhammadiyah Bantaeng dalam cabang bulu tangkis dan keluar sebagai juara satu, tapi anehnya kenapa justru juara dua dan tiga yang mewakili Kab. Bantaeng untuk mengikuti O2SN (Olimpiade Olahraga siswa Nasional) di Makassar)," tulis pebulu tangkis muda itu seperti dikutip Liputan6.com, Minggu (8/5/2016).

Pada saat penyerahan piagam, piala dan uang pembinaan, menurut Osamah, hanya juara dua dan tiga yang disebutkan nama pemenangnya. Ini diumumkan saat perayaan upacara pada 2 Mei 2016 yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.

"Lalu saya sebagai juara satu tidak disebut, bahkan nanti guru olahraga saya yang datang menkomplaint kepada panitia peyelenggara yakni DIKPORA dan panitia pun memberikan berbelit-belit serta menyarankan kepada guru saya untuk mengambil sendiri piagam dan pialanya dikantor DIKNAS," kata pebulu tangkis muda tersebut.

Yang lebih membuat Osamah heran, ia hanya diberi piagam yang belum tertera namanya. Inilah yang kemudian membuat ia sangat kecewa terhadap Pemerintah Kabupaten Bantaeng.

"Saya begitu kecewa tapi kedua orang tua saya dan guru saya membujuk saya agar dapat bersabar," tulis Osamah pada dinding akun Facebook ayahnya.

Mohammad Ruslani, seorang netizen hanya mampu memberikan semangat pada Osamah.

"Hal demikian sering terjadi mas Agusliadi, bukan hanya di Bantaeng, tapi juga di tempat lain di Indonesia. Biasanya wakil dari tiap kabupaten sudah ditetapkan sebelum pertandingan. Yang lebih parah adalah untuk lomba-lomba yang bersifat intelektual karena tidak dapat disaksikan langsung siapa yang lebih unggul. Pemenangnya sebagian adalah titipan dan pesanan dari oknum pejabat tertentu... Masih ingat peristiwa MTQ di Banten baru-baru ini?"

Menjawab komentar Mohammad Ruslani. Agusliadi pun membalas

"Itulah spirit kami sehingga wajib memperjuangkan ini agar tidak ada lagi Osa Osa / Osamah osamah lain yang jadi korban berikutnya," ujar Agusliadi.

Osamah Jihad Romadhan, pebulu tangkis muda asal Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Kendati demikian, Osamah tetap tekun dan sabar menjalani cobaan. Dan sebagai pengganti 'pil pahit' itu Osamah oleh orangtuanya diikutkan dalam kejuaraan badminton Daihatsu-Astec Open di GOR Mattoangin, Makassar, baru-baru ini. Ia pun bertemu langsung dengan pasangan legenda bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti dan Alan Budikusuma. (Kal)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya