Liputan6.com, Manado - Seorang remaja berbadan ramping terlihat ketakutan saat pintu ruangan Amarilis Rumah Sakit Manembo-nembo, Bitung, dibuka. Gadis berusia 12 tahun yang mengenakan kaus kuning itu bahkan lari bersembunyi di toilet yang ada di ruangan rawat inap tersebut.
"Dia memang ketakutan, bahkan trauma kalau melihat laki-laki. Saya saja waktu awalnya tidak bisa masuk. Apalagi kalau laki-laki mengenakan celana pendek atau berambut gondrong," ujar tenaga medis yang bertugas di Rumah Sakit milik Pemkot Bitung itu.
Gadis muda tadi tak lain adalah VAJ, korban pencabulan oleh empat pria di Bitung. Sejak 6 Mei 2016, ditemani ibunya, Feibi Bojoh, ia menjalani rawat inap akibat sejumlah kekerasan fisik dan psikis yang dialaminya selama beberapa hari menjadi korban pencabulan.
Baca Juga
"Awalnya kami berada di ruang Melati. Namun sejak dikunjungi Menteri (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara), kami dipindahkan di ruang VIP ini sejak 12 Mei 2016," ujar Feibi yang bersedia diwawancarai Liputan6.com di luar ruangan Amarilis Rumah Sakit Manembo-nembo Bitung, Selasa, 17 Mei 2016.
Dengan lirih, Feibi menceritakan kejadian anaknya menghilang dari rumah, hingga ditemukan 15 hari kemudian dalam keadaan sakit serta trauma yang mendalam.
"Waktu itu saya pergi bekerja di rumah orang, meninggalkan anak saya di rumah. Kami sementara memang tinggal di rumah kenalan," tutur ibu empat anak itu.
Saat pergi kerja di rumah orang, kata dia, anak bungsunya ini pergi meninggalkan rumah. "Itu terjadi pada 21 April 2016. Sejak itu saya berusaha mencari anak saya, bahkan dengan menyebar foto di beberapa tempat di kota Bitung," ujar Feibi.
Minuman Itu...
Upaya pencarian itu, menurut Feibi, tak membuahkan hasil. "Hingga satu saat saya mendapat telepon dari anak saya. Katanya dia berada di atas kapal, dan hendak dibawa ke Ternate. Namun sambungan telepon itu terputus, dan tidak ada lagi komunikasi lagi," tutur dia.
Merasa belum ada tanda-tanda anaknya ditemukan, Feibi memilih kembali ke rumah saudaranya di Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan. "Sampai akhirnya saya mendapat telepon dari Polsek Minaesa Bitung, yang mengabarkan bahwa anak saya telah ditemukan. Itu pada tanggal 6 Mei," ujar wanita yang sudah ditinggal suaminya itu.
Feibi mengaku mendapat informasi dari polisi kalau anaknya dibawa oleh tersangka Fira, yang kemudian mempertemukan dengan sejumlah laki-laki.
"Saya tidak kenal Fira, juga laki-laki lainnya. Anak saya juga tidak pernah mengenal Fira. Jadi bisa saja Fira memanfaatkan kelengahan anak saya yang tengah dalam kebingungan," tambah dia.
Advertisement
Feibi melanjutkan, menurut penuturan anaknya, para tersangka mencecoki minuman keras yang membuat anaknya mabuk. "Minuman itu Coca-cola, tapi dicampur minuman keras. Jadi anak saya berpikir itu minuman biasa, ternyata beralkohol. Dalam keadaan mabuk itu anak saya dibawa ke penginapan selama berhari-hari," tutur Feibie.
Saat ditemukan dan dibawa ke rumah sakit, lanjut dia, korban dalam keadaan sakit dan trauma. Bahkan seluruh badannya terasa sakit jika dipegang.
"Selain itu anak saya juga merasa sesak napas dan sakit di bagian dada, karena ditindih. Dia trauma yang mendalam. Ketakutan bila melihat laki-laki berambut gondrong dan celana pendek. Karena beberapa pelaku memang hanya mengenakan celana pendek, dan salah satunya berambut gondrong," papar Feibi.
Secara terpisah, Kapolsek Minaesa Kompol Deli Manulang yang ditemui, mengatakan saat ini sudah ada empat tersangka yang ditahan terkait kasus kejahatan seksual itu.
"Kami tidak menyebutnya pemerkosaan, tapi persetubuhan. Karena dari hasil visum, hanya ada luka lama. Satu tersangka perempuan ditahan di Polres Bitung, tiga tersangka laki-laki ditahan di sini (Polsek Maesa). Kami masih memburu lagi satu tersangka," papar Deli.