Liputan6.com, Malang - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Lowokwaru, Malang, Jawa Timur menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) untuk kasus penyakit leptospirosis di lapas itu. Ini menyusul ada 240 penghuni lapas positif mengidap leptospirosis.
Bahkan dua di antaranya telah meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira sp dari urine tikus tersebut.
Kotoran tikus diduga mencemari sumur dalam lapas. Diyakini banyak penghuni lapas yang minum air sumur langsung tanpa dimasak.
Advertisement
"Serangan sudah sejak Juni lalu, dari ratusan yang sakit sekarang tinggal 30 orang yang menjalani perawatan," kata Dokter Lapas Lowokwaru, Adib Sholahudin di Malang, Jawa Timur, Senin 18 Juli 2016.
Baca Juga
Seorang penghuni lapas, Moch Robi (38), warga Sukun Kota Malang meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Senin pagi. Terpidana kasus pembunuhan yang divonis 15 tahun penjara ini telah dirawat di RSSA Malang pada Kamis 14 Juli 2016 dengan gejala awal nyeri perut.
Sebelumnya, pada 19 Juni 2016, nyawa Fahrid Fajari (19) warga Wajak Kabupaten Malang juga tak bisa diselamatkan. Pelaku kasus pencurian yang divonis 1 tahun penjara ini juga positif menderita leptospirosis dan komplikasi. Ia meninggal saat dirawat di RSSA Malang.
"Sebelumnya tidak pernah ada serangan penyakit itu. Kami terus mengawasi kesehatan penghuni lapas," ujar Sholahudin.
Kepala Lapas Lowokwaru, Krismono mengatakan, jajarannya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Malang dan Provinsi Jawa Timur untuk menanggulangi penyakit ini. Termasuk juga menguji kualitas air sumur ke laboratorium Dinas Kesehatan. Hasil uji laboratorium memastikan air sumur mengandung bakteri leptospira serta bakteri salmonella penyebab penyakit tifus.
"Bakteri leptospira itu dibawa oleh tikus yang disebarkan melalui air seninya. Kami mengimbau pada semua penghuni untuk membersihkan alat dapur serta minum air yang telah dimasak," ucap Krismono.
Ia mengatakan, penghuni lapas memiliki kebiasaan meminum air sumur tanpa dimasak. Karena itu, ia meminta penghuni lapas mengubah kebiasaan tersebut. Apalagi di dalam lapas juga ada air PDAM yang relatif lebih bersih.
"Penghuni lapas yang sehat juga harus bersama-sama menjaga lingkungan. Kami juga nyatakan perang dengan tikus," ucap Krismoni.