Liputan6.com, Pekanbaru - Sebanyak 716 kepala keluarga di Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau yang sebelumnya sempat mengungsi akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan Riau beberapa hari lalu, kembali ke kediaman masing-masing pada Senin 29 Agustus 2016.
"Hari ini ratusan warga yang sempat mengungsi telah kembali. Informasi yang kita terima, seluruh warga dalam keadaan sehat dan tidak terpapar penyakit akibat asap," kata Kepala Bidang Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo di Pekanbaru, seperti dilansir Antara.
Dia mengatakan, ratusan warga tersebut sempat diungsikan ke lokasi yang lebih aman setelah kabut asap akibat karhutla menyebar ke rumah-rumah warga pada Sabtu 27 Agustus 2016.
Mereka diungsikan ke sebuah lapangan yang berjarak sekitar empat kilometer dari perumahan asal. Ia mengatakan, warga yang mengungsi berasal dari tiga kecamatan di tiga kabupaten berbeda. Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir, dan Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis.
Ketiga wilayah itu terletak saling berdekatan dan ratusan penduduk menyebar di tiga kecamatan tersebut.
Ia menambahkan, 19 di antara pengungsi itu merupakan ibu-ibu yang dalam kondisi hamil. Namun, ia memastikan seluruhnya dalam kondisi sehat dan tidak terdampak akibat kabut asap.
Sementara itu, meski mayoritas warga telah diungsikan dan lahan yang terbakar berhasil diatasi, ratusan personel gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni dan masyarakat masih bersiaga jika kembali muncul titik api baru.
Baca Juga
"Petugas dilaporkan tetap bersiaga sebagai antisipasi muncul titik api baru. Kita berusaha mencegah kabut asap kembali lagi," kata Aryo.
Lebih jauh, ia mengatakan polisi terus menyelidiki lokasi kebakaran tersebut. Lahan yang terbakar mencapai puluhan hektare, mayoritas terjadi di lahan masyarakat dan berdampingan dengan lahan perusahaan PT APSL.
Kabut asap yang terjadi pada Sabtu lalu 27 Agustus 2016 tersebut merupakan akibat dari kebakaran lahan yang terjadi sejak Senin 22 Agustus 2016. Namun, kabut asap yang terjadi pada saat itu merupakan yang terburuk lantaran kebakaran terus meluas, sementara proses pendinginan menimbulkan asap tebal.
Terlebih, angin kencang bertiup ke arah permukiman penduduk sehingga mereka harus segera dievakuasi untuk mencegah terdampak infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Dalam menanggulangi kebakaran, petugas TNI, Polri, BPBD dan Manggala Agni yang tergabung dalam Satgas Siaga Darurat Karhutla terus berupaya menggempur api dengan air. Pangkalan TNI AU yang menjadi basis Satgas Udara menyiagakan empat helikopter pengebom air berkapasitas 4.000-5.000 liter dan dua pesawat air tractor (AT) berkapasitas 3.100 liter air.