Liputan6.com, Dumai - Aktivitas Bandara Pinang Kampai di Kota Dumai, lumpuh akibat kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Riau. Sudah dua hari bandara kebanggaan masyarakat Kota Pengantin ini tidak ada pesawat mendarat karena jarak pandang pendek akibat asap.
Kepala UPT Bandara Pinang Kampai Dumai, Catur Hargowo, mengungkapkan, pilot dari pesawat yang dijadwalkan terbang dan mendarat di bandara tidak berani melakukan aktivitas akibat tebalnya kabut asap.
"Jarak pandang dalam dua hari ini terbatas akibat kabut asap tebal. Pilot tidak berani mendarat," ucap Catur di Kota Dumai, Riau, Senin (29/8/2016).
Advertisement
Salah satu pesawat yang tak bisa mendarat adalah TransNusa. Pesawat dari Jakarta ke Dumai dan sebaliknya ini tidak berani mendarat meski sudah memasuki langit Kota Dumai.
Akibat asap, pesawat hanya berputar-putar dan memutuskan batal mendarat dan mengalihkan penerbangan ke Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. "Akibatnya, 41 penumpang tujuan Jakarta yang sudah menunggu dari pagi batal berangkat. Hampir satu jam pesawat berputar akibat jarak pandang tertutup kabut asap," tutur Catur.
Baca Juga
Penumpang yang batal berangkat pada pada Senin direncanakan akan berangkat pada hari berikutnya. "Pembatalan penumpang tersebut tanggung jawab maskapai, biasanya uang pembelian tiket dipulangkan," sebut dia.
Sehari sebelumnya, pesawat Pelita Air ATR 42 yang berisi 25 penumpang dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, tidak bisa mendarat. Pesawat ini kemudian dialihkan ke Bandara Sultan Syarif Kasim II.
Meski telah lama menunggu di Pekanbaru, kondisi lintasan di Bandara Pinang Kampai tak membaik. Catur mengatakan tidak bisa mendaratnya pesawat di Bandara Dumai tersebut belum diketahuinya kapan akan berakhir.
"Semua tergantung cuaca. Kalau kondisi asap semakin parah tentunya akan seperti ini juga," ia menjelaskan.
Bandara Pekanbaru Terancam Asap
Sementara itu, pemadaman kebakaran lahan di Kabupaten Kampar, khususnya di Rimbo Panjang dan Desa Karya Indah, menjadi prioritas Satgas Karhutla Riau. Sebab, asap dari kebakaran di kawasan itu berpotensi mengancam aktivitas Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
"Fokus pemadaman di Kabupaten Kampar karena kebakaran di sana mengancam penerbangan," tutur Komandan Satgas Udara Karhutla Riau Marsekal Pertama Henri Alfiandi, Senin (29/8/2016).
Potensi asap mengancam Bandara SSK II setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyebut arah angin bertiup dari arah timur ke barat.
"Kampar berada di timur dan Pekanbaru barat. Akibatnya, asap dari kebakaran di Kampar terbawa ke Pekanbaru dan sangat dekat dengan bandara. Ini bisa mengancam aktivitas penerbangan kalau kebakaran tak dikendalikan," kata Henri.
Selain mengerahkan pasukan darat, pihaknya juga mengerahkan dua helikopter jenis MI-8 dan MI-171, serta dua pesawat Air Tractor untuk water bombing atau pengeboman air.
"Satu helikopter sekali terbang bisa mengangkut empat sampai lima ton liter air. Sementara, pesawat air tractor bisa membawa 3,1 ton air sekali terbang," sebut pria yang juga menjabat Komandan Lanud Roesmin Nurjadin ini.
Sejak diperintahkan, beberapa helikopter dan pesawat tersebut silih berganti "menggempur" lahan terbakar. Kemudian dibantu Satgas Darat untuk mendinginkan api supaya tidak meluas.
Pada Senin pagi tadi, Bandara SSK II sempat diselimuti kabut asap dan menyebabkan jarak pandang 600 meter saja. Namun kondisi ini membaik seiring dengan turunnya hujan ringan.
Adapun asap yang menyelimuti bandara diduga berasal dari Kabupaten Kampar. Kondisi ini diprediksi bisa terjadi lagi jika kebakaran di Kampar tak teratasi. "Kalau sekarang jarak pandang sudah membaik 6.000 meter. Aktivitas penerbangan lancar," kata Henri.
Tak hanya bandara, pagi tadi Kota Pekanbaru diselimuti kabut asap dan sempat membuat jarak pandang hanya 800 meter. Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Pelalawan, Rengat (Indragiri Hulu) dan Kota Dumai.
Sebelumnya, BMKG melaporkan jumlah titik panas di Riau cenderung meningkat. Pembakaran lahan untuk perkebunan terus terjadi dan membuat Riau pada Senin pagi dikepung ratusan titik panas.
"Secara umum, Pulau Sumatera terdeteksi 167 titik api. Riau masih dominan dengan 145 titik. Sementara di Sumatera Selatan ada delapan, Jambi empat, Sumatera Barat dua, kemudian Bangka Belitung, Sumatera Utara dan Kepulauan Riau, masing-masing satu titik panas," sebut Kepala BMKG Sugarin.
Di Riau, titik panas tersebar di Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 100 titik, Siak 18, Rokan Hulu enam, Pelalawan lima, Indragiri Hulu lima, Bengkalis empat, Kampar empat, Kepulauan Meranti satu, Kota Dumai satu, dan Indragiri Hilir satu.
"Dari jumlah itu, yang dipercaya sebagai titik api atau terjadinya kebakaran lahan ada 104 titik, dengan kepercayaan melebihi 70 persen," Sugarin menegaskan.
Sebanyak 104 titik api itu disebut Sugarin tersebar di Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 78 titik, Siak 13, Rokan Hulu dua, Indragiri Hulu satu, Bengkalis empat, Kampar empat, dan Kota Dumai satu hotspot.
Sugarin menyebutkan, cuaca di Riau pada umumnya cerah hingga berawan dan diselimuti kabut asap. Peluang hujan dengan intensitas ringan hingga sedang disertai petir atau kilat dan angin kencang diperkirakan terjadi di Riau bagian barat, utara, dan pesisir timur pada pagi dan sore atau malam hari.
Advertisement