Nenek Moyang di Bengkulu Minum Teh dari Daun Kopi

Dalam bahasa lokal, teh pucuk daun kopi ini disebut dengan 'te kawe'.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 01 Sep 2016, 15:05 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 15:05 WIB
kopi daun teh
(Yuliardia Hardjo Putro/Liputan6.com)

Liputan6.com, Bengkulu - Sudah pernah cicipi teh berbahan dasar daun kopi? Di Kepahiang, Bengkulu, tradisi minum teh daun kopi ini sudah berlangsung sejak lama.

Dalam bahasa lokal, teh pucuk daun kopi ini disebut dengan te kawe.

"Kebiasaan meminum te kawe ini sudah dilakukan oleh nenek moyang kami di Kepahiang yang mayoritas menggantungkan hidup dari kebun kopi," kata seorang pengrajin teh daun kopi, Widya Kurniati, dalam acara Pameran Pangan Nusa di kawasan Sport Centre Kota Bengkulu, Kamis (1/9/2016).

(Yuliardia Hardjo Putro/Liputan6.com)

Dia mengatakan para leluhur petani kopi percaya teh ini biasa disajikan kepada tamu. Ini merupakan pertanda rasa hormat tuan rumah yang ingin terus menjaga silaturahmi.

"Te kawe sangat istimewa jika tuan rumah menyajikan kepada tamu," tutur dia.

Te kawe juga dijadikan minuman wajib saat para tetua adat alias Bumey Kepahiang melakukan sidang kemufakatan adat. Biasanya disajikan dalam bentuk teh pahit dan kental.

Untuk penyesuaian rasa demi memancing minat masyarakat, para petani kopi sudah mencampur beberapa jenis rempah yang ada di Kepahiang, di antaranya, kayu manis, jahe, cengkeh, dan gula aren.

Sayang, para petani belum memproduksi te kawe kemasan untuk dipasarkan.

Pengurus Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Bengkulu Rita Mardhanti mengaku akan berkonsultasi dengan consultant branding yang didatangkan Kementerian Perdagangan dalam pameran ini.

"Kita coba perkenalkan dulu. Jika memungkinkan kita akan produksi dalam bentuk kemasan siap saji, mohon doanya," tutur Rita.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya