Liputan6.com, Yogyakarta - Pendirian Candi Borobudur rupanya diwarnai cerita persaingan dan perkawinan antardinasti di Kerajaan Mataram Kuno. Candi Borobudur yang menjadi wujud kekuasaan Dinasti Syailendra memancing reaksi Dinasti Sanjaya.
Rakai Pikatan sebagai pemimpin Dinasti Sanjaya kemudian mendirikan Candi Prambanan pada 850 Masehi sebagai tandingan sekaligus menunjukkan kekuasaan dinasti Hindu di Tanah Jawa.
"Seperti yang diketahui, dua dinasti itu bersaing di Kerajaan Mataram Kuno, walaupun akhirnya juga berdampingan karena perkawinan politik," ujar Ririn Darini, dosen Ilmu Sejarah Fakultas Universitas Yogyakarta (UNY), kepada Liputan6.com, Selasa, 20 September 2016.
Perkawinan politik yang dimaksud adalah antara Rakai Pikatan dan Pramudyawardani, raja Mataram Kuno dari Dinasti Syailendra. Menurut Ririn, perkawinan itu tidak disetujui oleh Balaputradewa, saudara laki-laki Pramudyawardani.
Baca Juga
Dia menantang saudara iparnya untuk berkelahi dan kalah. Kekalahan itu membuat Balaputradewa melarikan diri Sumatera dan kelak menjadi orang nomor satu di Kerajaan Sriwijaya.
Candi Prambanan terletak di perbatasan Klaten dan DIY. Legenda yang dipercaya masyarakat selama ini candi yang disebut dengan 1.000 candi itu dibangun oleh Bandung Bandawasa untuk mendapatkan cinta Loro Jonggrang, putri Prabu Boko yang menempati Candi Boko.
Namun, Loro Jonggarang berusaha mangkir dari Bandung Bandawasa dan membuat pangeran dari daerah Barat itu murka. Ia mengutuk Lara Jonggrang menjadi arca.
"Memang ada arca dewi perempuan, tetapi sebenarnya itu representasi dari Dewi Laksmi, istri Siwa," kata Ririn. Prambanan, lanjut dia, memang dibangun untuk memuliakan Dewa Siwa.
Sekitar 930 Masehi, ibu kota kerajaan pun dipindah ke Jawa Timur yang akhirnya berdiri Wangsa Isyana. Alasan kepindahan tidak diketahui secara pasti. Tetapi, kemungkinan besar karena letusan Gunung Merapi.